Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Apocalypse Episode 131)

7 Juni 2023   12:25 Diperbarui: 7 Juni 2023   12:26 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

"Astaga, Leon, tidak, jangan ceroboh, tunggu dulu... tung...!"


Panggilan Kenneth itu semakin melemah dan tak mampu lagi ia teruskan. Kesadarannya perlahan-lahan memudar.


"Dokter Vanderfield! Apa yang terjadi...?" semua anggota  go downtown panik setelah pria yang mereka anggap pimpinan mulai tak sadarkan diri.


"Tuan Leon Delucas! Apa yang Anda baru saja perbuat? Apa yang sebaiknya kami lakukan? Semua ini..."


"Jangan banyak tanya! Kalian lebih baik kembali saja ke bus, pulang ke kompleks tanpa aku! Aku nanti akan menyusul bersama Nona Maharani saja! Aku takkan pulang tanpa dirinya, aku sungguh mencintainya!"


Bersama dengan kalimat itu, Leon yang sudah kembali kuat undur diri

 ke dalam kegelapan. Tak satupun dari semua anak buah ibunya berkeinginan mengejar atau menghalang-halangi kepergiannya.
"Astaga, semoga semua baik-baik saja!"


Kembali ke masa kini. Leon masih menyaksikan semua yang terjadi di kejauhan; Orion yang masih memeluk erat tubuh Maharani yang belum kembali kuat berdiri sendiri, para pria survivor kota Chestertown yang masih asyik memperebutkan rokok dan cerutu pemberian Orion. Sang pemimpin tak lupa menyambar kedua pemantik yang ada. Ia tak ingin benda berharga itu jatuh ke dalam tangan anak buahnya. Tapi salah satunya ternyata direnggut seorang yang buru-buru menjauh setelah mendapatkan sebatang cerutu mahal yang ia idamkan!


"Hey, what are you doing? Bodoh! Just stop it!" Si Pemimpin marah besar tapi tak berdaya untuk mencegah. Orang itu lari dan menghilang di sekitar bangunan utama.


Orion sama sekali tak memedulikannya. Ia hanya ingin segera pergi dari sana bersana Rani. "Ayo kita segera pergi dari sini. Sepeda motor ayahku ada di sana!"


"Baiklah, ayo, sebelum mereka berubah pikiran!" Rani mengangguk.


Mereka berbalik, tak ingin berlama-lama maupun pamit lagi dengan semua survivor serakah itu.
Akan tetapi sesuatu terjadi!


Letusan senjata api di dekat bangunan utama pom bensin tak ayal membuat semua survivor yang sedang asyik merokok dan menghisap cerutu tersentak. "A-a-apa lagi yang sekarang terjadi di sana?"


Orion dan Rani seketika sadar, ada orang lain yang hadir di antara mereka.


"Kurasa kita belum bisa pergi, Orion. Ada masalah lagi di sini!" Rani tiba-tiba enggan untuk beranjak.


"Pasti mereka-mereka juga, sedang bersaing memperebutkan rokok atau tempat ini." Orion tak ingin ambil pusing.


"Menjauh, kalian semua! Jangan coba-coba mendekat, aku takkan segan-segan membumihanguskan pompa bensin ini!"
"Astaga, Rani! Suara itu..." Orion terhenyak.


"Itu Leon! Bagaimana mungkin ia kembali? Tadi ia jatuh pingsan!" Rani memohon, "Sayang, kita tak boleh membiarkan apapun menimpa Leon! Mari kita kembali dan bujuk dia agar kembali ke kompleks bersama kita!"


"Jadi, apa yang harus kita lakukan? Apa kita bisa melawan orang-orang itu?" Orion tampaknya kali ini tak ingin menuruti permintaan istrinya itu.


"Anak Muda, kau putra sulung Lady Rosemary Delucas, bukan? Jangan ikut campur! Oh, kau baru saja menembak rekan kami!" Sang pemimpin segera datang bersama semua orangnya ke lokasi penembakan.


Leon berdiri seorang diri di sana. Kakinya bergetar hebat, begitu pula dengan tangannya yang masih menggenggam sepucuk senjata api. Pada tangan lainnya ada pemantik yang tadi direbut seseorang yang baru saja ia tembak!


"Ya. Saat ia baru saja menghisap cerutunya, kubidik dan kutembak dia demi pemantik ini!" Leon tertawa-tawa bagai kesetanan, "Memang bukan seorang zombie, tetapi kebetulan sekali aku memang sangat butuh benda ini!" Menyapukan pandang ke segala arah, Leon berseru sekeras mungkin agar semua makhluk bisa mendengarnya, "Maharani Cempaka, aku tahu pasti kau masih berada di sekitar tempat ini. Segera serahkan dirimu kepadaku, atau... atau...
Akan kuledakkan pompa bensin ini!"


"Astaga, Leon, tidak! Apa yang kau lakukan? Jangan bodoh! Rani, kau berdiri di sini saja! Aku harus menyelamatkan nyawa bocah nekat itu!" Orion melepaskan tubuh Rani dan berlari, mencoba mendekat. Akan tetapi Leon mengancam siapapun yang ada di sekelilingnya dengan acungan senjatanya.


"Oh, jadi kau, Papa Orion, orang yang menyelamatkan gadis asing yang telah kau jadikan orang ketiga berikutnya dalam keluarga kami! Kalian berselingkuh! Benar dugaanku selama ini. Kalian sudah berani bermain api di belakang ibuku!" Leon tertawa-tawa seakan-akan baru saja menceritakan lelucon terlucu di dunia.


Didekatinya deretan tangki-tangki pendam di mana tepat di bawah kakinya tersimpan entah berapa belas atau puluhan ribu liter bahan bakar. Walaupun tak ada celah terbuka, aroma bahan bakar tercium keras di udara. 

(bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun