Oh my God. Tidak mungkin. It couldn't be true. Apa sebenarnya rencana sejati Kenneth di tempat ini?
Sosok zombie yang ada di hadapan Orion itu jelas bukan Russell. Pria malang itu sudah mati untuk kedua kalinya di arena. Yang ini ternyata entah terlupakan untuk dilepaskan atau memang tak ingin untuk diketahui siapapun. Berada di tempat terdalam dan paling rahasia di Lab Barn, zombie ini bukan lagi manusia utuh yang terinfeksi Octagon lalu meninggal dunia karenanya. Bekas jahitan pada kulit dan plester luka pada kepalanya masih menempel.
Lebih mirip... monster... ciptaan Victor Frankenstein! Kemungkinan besar zombie ini gabungan jenazah dua orang yang telah ditembak Kenneth pada saat menyerang Russell! Dibedah lalu disatukan kembali secara paksa. Lalu, entah bagaimana, mendapatkan nyawa kembali. Bagaimana mungkin? Eksperimen macam apa ini? Bukankah Kenneth ingin menjadi penemu vaksin? Mengapa ia malah jadi berbuat hal seperti ini? Bagaimana mungkin zombie yang sudah mati dua kali bisa bangkit kembali? Apakah... mereka sesungguhnya belum mati walau sudah menerima 'headshot' sebagai cara pertama dan satu-satunya membersihkan? Orion merasa muak, tak tahu apa yang harus ia lakukan.
Tetiba ia merasa harus segera pergi ke kota untuk mencari dan menjemput Rani. Tak peduli lagi pada semua yang terjadi di kompleks ini, seberapapun nyamannya. Bahkan baru saja terjadi kematian massal, membuktikan bahwa sumber daya dan senjata saja belum cukup untuk mempertahankan diri. Musuh yang sesungguhnya adalah... krisis kepercayaan!
Siapa lagi yang dapat kujadikan rekan dan kupercaya selain Rani? Sayang, kau ada di mana? Cepatlah kembali, atau aku harus melarikan diri dan menyusulmu. Akan tetapi, bagaimana dengan ibuku? Tak mungkin aku pergi tanpa membawanya.
"Tuan, Anda tunggu apa lagi? Aku tak ingin hidup lagi, bunuhlah aku, ini sangat menyiksa..." zombie itu terus bicara dan meratap.
Orion menyiagakan senjata apinya. Tetapi ia segera menurunkannya lagi. "Tidak, tidak, tidak... Aku tak punya kuasa untuk melakukannya, meski aku ingin sekali menolongmu!" Orion merasa zombie buatan Kenneth ini memang sangat berbahaya jika dibiarkan. Akan tetapi tiba-tiba saja pemuda itu mendapat ide yang jauh lebih baik!
"Belum saatnya... Maaf! A-a-aku harus menyerahkan tugas itu kepada orang lain, mungkin dia yang menciptakanmu! Aku bukan orang yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi di sini. Maaf... aku tak bisa!" Orion perlahan-lahan sekali bersijingkat mundur satu dua langkah, segera menjauhi kandang si zombie buatan sebelum makhluk itu betul-betul sadar bahwa tamu tak diundangnya berinisiatif untuk pergi dari Inner Chamber.
Pemuda itu segera berbalik dan membuka pintu, lalu berlari secepat yang ia bisa untuk keluar dari Lab Barn. Pintu-pintu ruangan mengabur bagaikan berlari dalam gerak semu.
Orion tadinya hendak langsung keluar dari kompleks menggunakan sepeda motor tuanya. Semakin lama menunda, semakin ia cemas pada semakin kecilnya kemungkinan ia akan bertemu lagi dengan Rani. Akan tetapi, bagaimana dengan ibunya?
Dalam galaunya ia segera menuju paviliun Maharani. Ada sesuatu yang perlu segera ia ambil dari sana. Sesuatu yang akan mengubah hidup mereka selamanya.
Sementara itu, zombie yang Orion tinggalkan di Inner Chamber hanya bisa menggeram dalam kemarahan begitu sadar jika harapan terakhirnya telah sirna. Ia tak lagi punya akal budi, hanya naluri. Tetap saja, keinginannya untuk makan, minum, dan bernapas lega kembali terasa begitu mendesak! I want to break free...
Makhluk misterius itu menggenggam erat-erat kedua batang jeruji besi tempat ia terkurung. Lengan dan tangannya penuh sambungan dan jahitan, tetapi masih sangat kuat penuh tenaga...
"Kau pikir aku tak bisa keluar dari sini? Aku memang sudah mati dua kali, akan tetapi energi yang ada di dalamku masih ada. Aku masih memiliki kekuatan untuk bebas. Virus terkutuk ini memang sudah merenggut nyawaku, akan tetapi tidak tenagaku!"
Perlahan-lahan sekali menarik mendorong kedua besi keras yang masih bergeming dalam genggaman, si zombie hasil operasi berusaha keras untuk bebas dengan usahanya sendiri!
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H