Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 118)

25 Mei 2023   16:11 Diperbarui: 25 Mei 2023   16:14 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

"Oh my God. No. It can't be true! What the... Astaga, apa yang baru saja kulakukan?" Rose sama sekali tak berani melihat akibat dari apa yang baru saja ia perbuat.

Orion dan Edward Bennet bersama-sama terjatuh di lantai. Tubuh Orion menimpa punggung si pendeta. Mereka lama diam, tak bergerak-gerak.

"A-a-apa aku baru saja membunuh suamiku sendiri? Orion Sayang, apa kau baik-baik saja? Maafkan aku! Sungguh, aku tak sengaja! Oh, Tuhan, tragedi apa-apaan ini? Mengapa harus terjadi malam ini?" Rose tak pernah merasa pandangannya sebegitu kabur. Kakinya terpaku di lantai.

Namun tak ada jejak maupun percik darah, hanya asap tipis mesiu dari ujung Magnum berperedam. Berarti...

Tembakannya meleset?

"Uh, what's going on?" rutuk Edward Bennet memecah kesunyian.

Orion di atas punggungnya tak lama kemudian segera bangkit, duduk sejenak di lantai lalu perlahan berdiri. "Apa yang terjadi?"

Menyaksikan bahwa suaminya tak apa-apa, Rose merasa plong luar biasa sekaligus gundah. Astaga, apakah Orion sempat mendengar semua hal yang aku dan Edward bicarakan? Tetapi... tidak mungkin! Ia baru saja bertanya 'Apa yang terjadi?' Tentu saja ia belum tahu apa-apa...

"Biasa, Tuan Muda, hanya perdebatan saja, kesalahpahaman biasa." Edward Bennet ikut duduk lalu berdiri dengan kaki gemetar, "Tuan Muda Orion, Anda melindungiku?"

"Aku datang lalu mendengar kokangan senjata saat kau keluar dari lobi, sebenarnya ada apa, Pak Pendeta, Istriku?" tersirat sindiran dalam pertanyaan Orion itu.

Kedua pihak yang berselisih untuk sementara merasa lega, "Uh, maafkan drama tembak menembak kami yang sungguh ceroboh ini! Aku mohon diri dulu! Duka mendalam untuk apa yang terjadi malam ini. Aku akan segera mempersiapkan dan memimpin upacara pemakaman untuk para korban insiden pagar listrik dan para zombie!"

Meski luput dari maut, Edward tampaknya sangat enggan berterima kasih kepada Orion. Ia begitu ragu jika suami Rose itu betul-betul belum sempat mendengarkan semua dialognya dengan sang istri. Undur diri dengan lutut gemetar, ia memilih untuk berlindung dulu, menyingkir untuk sementara dari amarah Rose yang tak terduga.

Sementara Orion masih harus kembali menunda semua, karena belum kembalinya Rani dengan selamat. Ia baru saja menyelamatkan Edward Bennet, Bukan karena kasihan, akan tetapi karena belum waktunya ia pergi menyusul Rev. James! Jika ia mati sekarang gegara timah panas Rose, semua rahasia akan terkubur bersamanya sebelum ia mengaku! Aku butuh pengakuannya!

***

Rani kini sendirian berlari di jalan-jalan utama Chestertown setelah berpisah sementara dari Leon. Ia tak begitu mengenal kota kecil ini. Walau memang jauh lebih aman setelah bergerak sendirian, ia tak ayal masih merasa gentar. Zombie-zombie yang berusaha mengikutinya dengan mudah ia kecoh, berusaha mencari namun akhirnya tak berhasil menemukan survivor calon mangsa itu. Tubuh Rani yang cenderung mungil dengan mudah bersembunyi di balik tembok-tembok gang, kendaraan-kendaraan roda empat maupun papan-papan iklan dan peringatan yang dipajang penduduk di trotoar jalan.

Sang guru muda bisa membayangkan apa yang terjadi sebelum semua krisis ini. Warga kota yang melakukan panic buying, kehabisan bahan pangan, lalu setelah Octagon-33 masuk ke Everopa, semua pun berubah total. Keputusasaan, kesedihan serta keinginan untuk kembali hidup normal seakan pupus bersama ditemukannya korban-korban yang terinfeksi. Dan kini, seluruh Everopa seakan-akan sudah tiba pada akhir zaman; terputusnya sarana-sarana komunikasi serta layanan publik, kekacauan di mana-mana, serta nasib yang tak menentu.

Rani ingat, rasanya rute jalan utama yang ia lalui ini pernah dilewatinya bersama Orion. Ini sangat dekat dengan kompleks gereja utama, bukan? Bagaimana jika aku mampir kembali ke sana?

Ia ingat jika John, kakak Rev. James menunggu-nunggu kabar. Meski pedih, berita duka itu cepat lambat harus ia sampaikan... Biarlah Leon dan yang lain menunggu dahulu, kesempatan ini mungkin takkan pernah terulang lagi!

"Permisi, anybody here?" Rani langsung mengambil langkah berani tanpa terpikirkan lagi akan hal-hal lain. Kompleks gereja tampak sunyi dan suram. Rani memastikan tak ada satupun zombie yang mengikutinya. Dihampirinya pintu ganda bangunan utama yang pernah ia singgahi.

"Tuan John, ini aku, Maharani, yang belum lama ini datang kemari bersama Orion Brighton."

Rani sempat ragu jika masih ada tanda-tanda kehidupan di sekitar kompleks gereja. Akan tetapi saat ia hendak berbalik pergi, pintu segera terbuka.

"Astaga, selamat malam! Anda berhasil datang lagi kemari dengan selamat dalam keadaan segenting ini!" Suara John lega menyambut, "Bagaimana, sudahkah Anda dan Tuan Orion berhasil bertemu dengan kakakku James?"

Lelaki setengah baya itu segera mempersilakan Rani masuk. Si wanita muda Evernesia tampak gundah.

Duh, bagaimana caraku mengabari semua yang terjadi di kompleks Delucas termasuk apa yang menimpa Rev. James?

(bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun