Astaga! Apakah Rose akan betul-betul menembak pendeta palsu itu? Aku memang sangat tak suka kepadanya. Namun jika ia mati, rahasia itu akan terkubur bersamanya! Orion bersiaga, dari balik pilar tetap mengamati apa yang akan terjadi.
"Oh, Milady, jadi kau tetap akan membunuhku?" Edward yang sudah berhenti melangkah sejak bunyi kokangan pistol Magnum Rose itu masih tampak tenang.
Orion geram. Haruskah aku membiarkan Rose atau menyelamatkan Edward?
***
Maharani dan Leon berlari tunggang-langgang menuju perempatan yang pemuda tanggung itu tetapkan sebagai titik di mana mereka akan mengecoh para zombie. Sementara gerombolan mayat hidup itu mulai terpancing pada gerak-gerik dua calon mangsa.
"Tolong... tolong kami..."
"Panas, sesak, lapar, haus..."
"Kami butuh kalian! Kami belum mau... mati..."
Rani sempat berhenti sesaat. Erang, keluh kesah dan panggilan-panggilan itu begitu memedihkan hati kecilnya. Tak terlalu dekat, namun udara nan nyaris hampa dengan kejam menghantarkan semua ratapan para zombie ke telinganya. Semakin intens, semakin nyata...
"Nona Rani, jangan pedulikan! Mereka sudah mati. They're simply helpless!" Leon bergegas menggamit lengannya dan menariknya agar kembali berlari bagai pelari-pelari sprint berlomba menuju garis akhir.
"Aw, pelan-pelan! Kau menyakiti lenganku, Leon..."