Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 112)

22 Mei 2023   09:33 Diperbarui: 22 Mei 2023   11:01 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Dalam situasi gelap gulita itu mulai tumbuh bibit-bibit kepanikan. Beberapa senter dan lampu darurat segera dinyalakan, tetapi tak seorangpun tahu mengapa listrik kompleks Delucas sampai padam.

"Ada apa gerangan?" terdengar pertanyaan Lady Mag, "Apakah sering terjadi yang demikian di tempat ini?"

"Tidak!" Rose menjawab cepat, "There's something very wrong here!" ucapnya geram, "Petugas-petugas! Periksa apakah pagar listrik arena masih berfungsi penuh atau tidak! Jika tidak, usahakan agar kembali menyala! "

"Astaga! Tidak menyala, Ma'am! Apa yang harus kami lakukan?" petugas-petugas itu memeriksa dan mulai panik, "Para 'korban' itu bisa saja menerobos keluar jika mereka 'sadar' bila ancaman sudah hilang!"

"Kalian berjaga, tahan sekeliling pagar! Lakukan hingga listrik menyala! Apabila tidak bisa, segera ambil tindakan darurat!" Rose sudah tak bisa lagi berpikir jernih, "Bersihkan mereka semua!"

Sebagian petugas lagi dikerahkan untuk mengecek pusat generator listrik. Suasana mulai benar-benar panik. Penonton berebutan menjauh dari sekitar arena, sebagian masih berjaga-jaga dengan senjata apapun yang mereka temukan.

Orion yang tadinya hendak membidik Russell juga kehilangan targetnya karena gelap. Untuk sementara keinginannya 'menolong rekan sebelah kamarnya' harus tertunda lagi.

"Ke mana Rev. Edward Bennet?" Rose dalam suasana genting berusaha mencari 'pendeta gadungan' yang ia harapkan akan menolongnya.

"Beliau tidak ada di tempat duduknya!" lapor seorang petugas.

Kepanikan Rose semakin menjadi-jadi, "Kurasa dia biang keladinya! Segera cari dan bawa Rev. Edward Bennet ke hadapanku!"

"Mengapa begitu?" Mag berpura-pura tak tahu, meskipun ia bisa menalar mengapa hubungan Rose kelihatan tak mesra dengan sang pendeta.

"Oh, aku... tak apa-apa, nothing's important, hanya ingin Edward tak melakukan hal-hal yang tak kita inginkan!" Rose berusaha meyakinkan sahabatnya.

Beberapa lampu darurat lagi dinyalakan. Sementara Orion terus mengawasi para zombie yang belum lagi selesai berpesta. Russell tampak sangat rakus. Dengan mudah ia meraup sebagian besar daging ternak segar itu dan menjejalkannya ke dalam mulutnya. Belasan zombie lain yang tak berhasil kebagian terpaksa menyingkir dengan marah dan gelisah.

Mereka mulai menuju ke pagar yang tadinya berlistrik. Walaupun sudah ada satu 'rekan' mereka yang jadi korban, hal itu tak membuat mereka takut untuk mencoba!

Satu mendekat, mengulurkan tangan dan menyentuh. Ternyata tak terjadi apa-apa! 'Mengetahui' fakta itu, semua kawanan zombie itu segera menyusul. Membentuk barisan melingkar, mereka mengelilingi bagian dalam pagar besi dan mulai mendorong bersama-sama! Berderit-derit, pagar yang semula cukup kukuh mulai bergerak maju-mundur, kapan saja akan segera runtuh!

Dalam keremangan sekalipun, semua mata masih bisa menyaksikan semua itu.

"Oh, no! Now the show becomes too dangerous!"

"Mereka bisa sewaktu-waktu lepas dari sana!"

"Apa yang sekarang harus kita lakukan?"

Para penonton yang masih berada di sekitar arena tampaknya belum berani kabur menjauh atau melakukan apapun. Sebagian masih penasaran, sebagian lagi bersiaga dengan senjata apa saja yang Ada di tangan.

"Mengapa kalian diam saja? Zombie-zombie itu tak bisa diprediksi!" Orion sungguh sudah tak tahan lagi, "Segera pergi jauh-jauh dari sini, selamatkan nyawa kalian!"

"No, Dear Orion! Let them watch and wait for a while! Mereka harus belajar mempertahankan diri!" Rose menegur suaminya, "Kita belajar mempertahankan diri. This is a drill..."

"It's not a drill, and... you're not..." Orion hampir saja kelepasan ingin marah dan mengatakan hal yang tak seharusnya ia buka saat ini. Bahwa Rose berpura-pura menikah dengannya secara resmi, bahwa Rose bersekongkol dengan Edward Bennet!

"I'm not what?"


Tetiba terjadi kehebohan! Russell yang paling besar dan kuat menyusul dari belakang, menyelak di antara 'teman-temannya. Dibantunya mereka, bersama-sama mendorong pagar. Semakin lama deretan penghalang dari besi itu semakin lemah, sementara para petugas masih berusaha menahan sekuat tenaga dari sisi luar!

"Haruskah aku menembaknya sekarang juga?"

Tetiba terdengar erang kesakitan nan amat sangat dari deretan petugas.

"Aaahhh! Ia menggigit jariku! To-to-tolooong!"

Penonton dan petugas lain sedemikian terkesima hingga mereka lupa jika zombie tertarik pada apapun yang bisa dimakan, hidup maupun tak hidup!

"Tembak! Cepat, tembak mereka!" Rose tampak panik.

Belum sempat petugas-petugas itu bertindak, masih dalam keterkejutan mereka, tetiba listrik kembali menyala...

Dan sesuatu yang dahsyat pun terjadi! 

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun