2. Visi dan misi sendiri dan bersama, apa yang Anda inginkan dari pernikahan ini. Tidak harus selalu sama, sependapat atau seiya sekata. Perbedaan-perbedaan justru bisa menjadi solusi alternatif jika sedang ada suatu masalah, jangan malah menjadi halangan atau sumber perbantahan yang kemudian menjadi awal perselingkuhan atau perceraian.
3. Apa harapan bersama jauh ke depan. Tentunya bukan karena sudah kaya dan mapan, kemudian tercapai kesejahteraan lalu dianggap ideal. Apalagi jika sudah punya keturunan lalu selesai.
Jadi, sebenarnya nikah memang tidak mudah karena memang nikah adalah awal baru (bukan akhir atau ending yang happily ever after seperti dongeng Cinderella) yang harus dibina dan dimulai atas dasar suka, sayang dan cinta.
Tak peduli pacaran berapa lama, tak peduli beda atau jarak usia pasangan. Lama-sebentarnya sebuah hubungan tak menjamin awet langgeng sebuah hubungan.
Maka sebelum menikah, yakinkanlah diri sendiri terlebih dahulu. Milikilah komitmen dan tekad untuk menjadikannya sebuah surga kecil di dunia yang tidak hanya sementara atau sampai batas tertentu saja. Bersyukurlah bahwa pasangan kita telah memilih kita, bukan kebetulan dan juga bukan hanya takdir.
Mengapa banyak pasangan kemudian bercerai? Mungkin sekali karena hal-hal berikut ini, dan masih banyak lagi.
Keinginan pribadi salah satu pasangan yang tak terpenuhi.
Kurangnya toleransi dan empati.
Ketiadaan atau kurang lancarnya komunikasi.
Pernikahan bukan ibarat sebuah sekolah di mana pasangan saling mengajarkan untuk berubah ke arah yang menurutnya sendiri paling baik.
Pernikahan harmonis tidak harus dan selalu dibuktikan dengan banyaknya wefie atau pamer mesra alias jadi couple goals di media sosial. Itu semua bukan jaminan.