"Eh, aku duluan, Muk! Aku yang akan menang, karena akulah serangga yang paling kotor sedunia!"
"Enak saja, Lat! Akulah serangga yang paling Manusia benci, aku yang harus duluan, kau lihat saja dahulu apa yang sanggup kulakukan!"
Demikianlah kedua serangga itu terus bertengkar mengenai siapa dari mereka yang pertama kali berhak mendekati Anak Laki-laki itu. Sementara Anak Laki-laki terus bermain sambil sesekali menekan tombol pause dan menikmati kudapannya.
Waktu pun terus berlalu sementara Nyamuk dan Lalat masih asyik bertengkar. Tanpa terasa susu dan kue si Anak Laki-laki sudah habis.
"Kakak, sudah dulu mainnya, ayo masuk! Segera mandi, belajar! Ibu sudah menyiapkan makan malam yang lezat untukmu, Bapak dan Adik!"
"Baik, Bu!"
Lalu beranjaklah Anak Laki-laki itu. Nyamuk dan Lalat hanya bisa terdiam. Tak ada lagi yang sempat mereka lakukan. Calon mangsa mereka sudah berlalu, ibarat nasi sudah menjadi bubur.
Tamat.
Pesan moral: Jangan karena kita asyik memperdebatkan sesuatu, kesempatan di depan mata hilang terlewatkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H