Edward Bennet yang menonton dari sisi kamp tamunya diam-diam tersenyum. Menyaksikan semua itu, tetiba ia mendapatkan ide yang sangat bagus! "Brilian! Aduh, permisi, aku ingin ke kamar kecil dulu! I'll be right back!" pamitnya kepada rekan-rekan se-kamp. Mereka tentu saja tidak menaruh curiga. Edward segera pergi meninggalkan tempat duduknya untuk menuju perbatasan antara kamp dengan lahan Delucas. Entah apa yang ia katakan, tetapi ia diizinkan petugas keluar entah ke mana.
Sementara Orion tampak sangat geram dengan kematian zombie malang itu. Meski mungkin ia sudah mati sejak cukup lama, Orion sungguh tak terima dengan kekejaman ini. Rani, syukurlah kau tak berada di tempat ini sekarang dan harus menyaksikan ini semua! Saat ini juga aku harus mengambil tindakan!
Orion tak ingin lagi minta persetujuan siapa-siapa. Sementara ibunya dan Rose masih tegang menyaksikan apa yang kemudian terjadi di arena, pemuda itu segera bertindak. Diraihnya senjata laras panjang di kolong tempat duduknya dan diarahkannya kepada Russell.
Zombie itu memang tak tahu apa-apa lagi, sama sekali tak peduli kepada temannya yang telah menjadi korban. Ia hanya ingin melakukan apa saja agar bisa menghilangkan semua perasaan tak nyaman itu...
"Lapar, haus, sesak..." Russell ternyata masih bisa berbicara tanpa diminta.
Mendengar itu, semua manusia terpana, terlebih lagi Rose yang bertambah takjub saja, "Hei, luar biasa! Apakah dia sebenarnya masih sadar?"
Pembawa acara juga segera menimpali, "Wow, yang paling besar ini korban pertama dan juga terlihat paling luar biasa malam ini! Russell, itulah namanya! Petugas, segera beri Russell sesuatu untuk dimakan! Ia terlihat begitu lapar..."
Tangan Orion bergetar, masih belum sanggup untuk menarik pelatuk senapannya. Diulurnya waktu sementara semua penonton menahan napas menyaksikan beberapa potong daging segar dilemparkan beberapa petugas ke arena dari sebuah kotak pendingin. Mungkin produk hewan ternak atau apa, tak seorangpun peduli.
Russell dan kawanannya semula diam saja, sepertinya belum tanggap atau belum bisa melihat jelas. Akan tetapi mereka semua sudah sangat lapar, haus dan sesak. Mereka sangat terdesak, sangat membutuhkan makanan lezat itu.
"Apakah zombie sebenarnya masih bisa melihat dan makan? Oh wow, ini sangat menarik!" Rose tak bisa berhenti memandang lekat-lekat.
Russell sudah sungguh-sungguh tak tahan lagi. Bergerak cepat ke arah makanan lezat itu diikuti belasan teman-temannya, mereka segera menyerbu bagai burung nasar mengelilingi karkas. Begitu bernafsu menggasak semua dalam sekejap mata.