"Bagi kami ini menyenangkan dan nyaman karena hangat sekali."
Kunang-kunang memisahkan diri. Ia tak ingin lagi terbang di dekat para Laron. Ia ingin terbang pulang ke rumah sesungguhnya. Namun para Laron malah mengolok-oloknya. "Kau ini bodoh sekali. Di sini saja, hangat dan terang. Nanti kau tersesat dan kedinginan, hari mulai gelap."
Akan tetapi tekad Kunang-kunang sudah bulat. Ia terbang turun meninggalkan kawanan Laron yang tertawa-tawa. Ia sudah mantap akan mencoba kembali ke telaga sunyi, apapun rintangannya. Hujan tampaknya akan segera berhenti.
Dari dalam rumah keluarlah seorang Manusia. Ia membawa seember air dan meletakkannya di lantai, tepat di bawah bohlam.
"Wah, ada satu lagi sumber cahaya! Ayo mendekat!" para Laron bersorak kegirangan dan terbang ke bawah.
"Laron, sebaiknya kalian menjauh saja. Kurasa ada hal yang tidak beres di sini." peringat Kunang-kunang.
Akan tetapi para Laron mengabaikannya. Mereka hinggap di atas air itu. Celaka, mereka terjebak dan tak bisa keluar lagi. Akhirnya banyak sekali dari mereka mati.
"Oh, tidak! Laron-laron yang malang. Syukurlah, tadi aku tak begitu saja menuruti perkataan mereka."
Kunang-kunang berusaha pergi sendiri terbang menuju pepohonan. Hari senja pun semakin gelap. Akan tetapi Kunang-kunang ingat jika sesungguhnya ia punya lentera pada tubuhnya sendiri. Ia menyalakannya dan kini sekelilingnya tak lagi gelap. "Wah, ternyara aku tak membutuhkan cahaya sebab aku memilikinya sendiri."
Hari semakin gelap namun Kunang-kunang telah tiba. Ia berhasil menemukan telaga sunyi. Di sana ratusan Kunang-kunang lain bercahaya bagaikan bintang di angkasa. Mereka menyambutnya dengan suka cita.
Tamat.