Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 107)

17 Mei 2023   08:58 Diperbarui: 17 Mei 2023   15:30 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

"Oh, akhirnya Anda datang juga, Dokter Kenneth Vanderfield Yang Terhormat!" Edward Bennet seperti biasa, memberikan sambutan plus senyum lebar yang jauh dari tulus, "Wah, maafkan aku juga karena aku sama sekali tidak tahu. Bagaimana jika kita berangkat bersama-sama saja? Kelihatannya akan jadi sebuah petualangan yang mendebarkan!"

"Oh, permisi, maafkan aku, Rev. Bennet, tetapi itu tak bisa dilakukan!" Lady Rose segera mengintervensi kedua pria itu, "Hanya boleh salah satu dari kita yang memimpin. Sebab jika sampai terjadi sesuatu yang tidak kita harapkan, harus tetap akan ada pemimpin yang memegang kendali utama di kompleks ini. Kemarilah kalian, kita bicarakan semua. Baiklah, bagaimana, Rev. Bennet?"

Kenneth berjalan maju dan ikut berdiri di dekat podium, begitu pula Edward Bennet. Kedua pria itu sama-sama meringis kesal, namun seperti biasa, tetap berusaha menjaga citra alim mereka di mata semua kru dan pengikut.

"Oh, keputusan yang sangat baik! Baiklah, kurasa giliranku besok saja, masih ada sangat banyak kesempatan, bukankah begitu, Milady Rose?" Edward memutuskan untuk mengalah. Ia bukan tipe pemaksa, ada seribu jalan menuju Roma sudah menjadi prinsip hidupnya!

"Baiklah, terima kasih, Rev. Bennet. By the way, aku juga ingin mengajak satu orang wanita dewasa, maaf jika tidak usah ikut diundi." Kenneth makin merasa di atas angin. Ia memandang liar kepada semua wanita yang duduk di barisan terdepan, tak terkecuali Rani.

Lady Rose berdeham, "I beg your pardon, aku khawatir jika itu takkan adil, Kenneth. Tadinya aku ingin membuat jadwal, tetapi dengan adanya pengundian akan terasa lebih fair. Paling tidak, kita bisa membuat rotasi, sebuah jadwal."

"Count me in, Mama!" Leon tetiba bersuara, berdiri sambil memandang seisi main hall. "Aku memang baru akan berulang tahun kedelapan belas, akan tetapi aku cukup bisa menembak jitu."

Semua orang memandang heran sekaligus takjub kepada si remaja tuan muda putra sulung Rose itu. Mereka tahu, jika yang semuda itu saja, anak sang penguasa kompleks sudah berani mengajukan diri, mereka juga harus siap sedia.

"Oh, jika begitu maumu, Young Man, aku tak keberatan!" Lady Rose tersenyum aneh. Reaksinya ini sungguh di luar perkiraan semua yang mengira Leon akan ditentang habis-habisan oleh ibunya, "Asal terpenuhi satu hal saja, Leon. Aku minta Nona Maharani Cempaka ikut serta dalam perjalanan perdana ini dan mengawasimu!"

Semua orang tambah terkejut, terutama Orion. Pemuda itu tak menyangka jika Rose akan berkata demikian. Tentu saja, ia tak punya kuasa untuk protes. Statusnya sebagai suami rahasia Rani harus dan akan tetap menjadi rahasia mereka entah hingga kapan!

Leon sebaliknya, bisa tersenyum senang, dalam hati malah bersorak sorai dan berkata "Yes!". Grace seperti biasa hanya dapat menatap kakaknya dan merutuk, namun tak dapat berbuat apa-apa.

"Mengapa harus Nona Maharani Cempaka, Milady?" Henry Westwood buka suara, rupanya juga sangat heran dengan keputusan itu, "Nona Rani tentunya masih belum terlalu mengenal Chestertown, maafkan opiniku ini, Nona, tetapi kita butuh seseorang yang mengenal seluk-beluk kota kecil ini dengan baik!"

"Betul!" Orion menemukan momen yang pas untuk ikut menunjukkan ketidaksetujuannya, "Sebaiknya aku saja yang berangkat, betul, Tuan Westwood? Aku bisa menjaga Leon."

"Tidak!"

Kata yang sama itu diucapkan oleh dua wanita pada waktu nyaris bersamaan! Semua hadirin kembali heran. Lady Rosemary dan Maharani Cempaka saling memandang dengan kakunya. Kebetulan yang sangat mengejutkan!

"Hei, mengapa, Nona?" mata Lady Rose menyipit.

Wanita muda Evernesia yang kini ia pandang berdiri di tempat, berusaha tetap tenang. "Uh, aku hanya... tidak ingin membiarkan Leon, muridku, pergi tanpa penjagaan! Aku bukan hanya guru privat Leon dan Grace, namun juga bisa menjadi seorang pengawas untuk mereka." Dalam waktu singkat Rani berhasil menjawab Lady Rose.

"Oh, baiklah. Tak apa-apa. Sisanya akan mulai diundi. Kenneth, Rani, Leon, kalian memimpin perjalanan. Besok giliran yang lain."

Orion begitu hendak memprotes, begitu pula Henry. Tetapi Rose agaknya tak ingin ada interupsi lagi.

***

Sementara itu, jauh di dalam Lab Barn.

Malam itu dokter Kenneth belum memberi makan Russell. Zombie pertama itu sedang dalam eksperimen selanjutnya, mungkin yang terkejam dari semua yang sudah dilakukan.

Bukan memberi makanan segar segala macam hewan maupun apa saja demi menguji daya tahan zombie itu. Kali ini Kenneth sengaja membuat Russell betul-betul kelaparan.

Bukan rasa lapar biasa, melainkan rasa lapar dan haus yang sudah benar-benar tak tertahankan! Rencananya besok pagi Kenneth dan krunya akan mengujicobakan toksin tahap pertama yang akan ia suntikkan ke dalam tubuh zombie itu! Ia sudah tak terlalu peduli lagi pada akibat baik-buruk yang dapat terjadi. Zombie itu akan mati untuk kedua kali ataulah tetap hidup, baginya sama saja. Masih banyak zombie lainnya di dalam kandang-kandang kecil di Inner Chamber! siap untuk dijadikan bahan percobaan berikutnya! 

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun