"Seberapa pentingnya, Dokter? Apakah kau sebegitu terobsesinya pada mereka dan melupakan the ultimate goal, tujuan kita yang sebenarnya?"
Kenneth yang sedari tadi duduk santai di balik meja kerja, tetiba berdiri. "Pokoknya jangan kau sentuh objek-objek eksperimenku seujung jaripun, atau..."
Mata Kenneth dan Rose bertatapan tajam. Biasanya mereka kompak, baru kali inilah mereka berselisih.
"Kau berani mengancamku, Kenneth?"
"Aku tak berkata aku mengancammu. Hanya ingin kau tahu, aku masih menyimpan banyak rahasia yang belum terkatakan. Itu saja, dan titik! Jika kau tak keberatan, silakan tinggalkan ruanganku dan urus semua sesuka hatimu, percayalah, aku akan datang nanti malam tepat pada waktunya. Aku bukan seorang pengecut!"
***
Orion merasa sedikit lega saat kepergiannya bersama Henry Westwood belum sampai dicurigai dan diketahui oleh siapapun, setidaknya hingga saat ini. Dengan tenang ia pergi ke pantry untuk menyeduhkan dirinya sendiri satu sachet kopi Evernesia yang ia peroleh dari Rani.
"Cincin-cincin pernikahan dan surat sudah disembunyikan. Sayangnya pendeta kami sudah tiada. Kami harus menunggu saat yang tepat untuk mengakui semuanya dan bersiap angkat kaki dari sini..."
Ia belum tahu jika Leon yang masih penasaran dengan sepeda motornya yang rusak akan kembali ke garasi selepas jam pelajaran Bahasa Evernesia bersama adiknya dan Maharani.
Pemuda tanggung itu menyelip pergi seorang diri. Membuka pintu garasi dengan anak kunci yang selalu ia simpan, ia masuk ke dalam garasi. Tak lupa pemuda itu membawa senter kecil.
Begitu masuk ke dalam ruangan gelap itu, Leon bergidik. Tercium bau anyir menusuk serta jejak tanah yang semula saat kepulangan dari petualangan ia belum sempat perhatikan.