Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 97)

10 Mei 2023   14:08 Diperbarui: 10 Mei 2023   14:13 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Halo, ada siapa di sana?"

Mengumpulkan segenap keberanian, Maharani membuka perlahan daun pintu tempat yang dituju sosok misterius dari dalam tanah. Ia tahu tindakannya ini sangat riskan, apalagi ia tak membawa apa-apa yang bisa digunakan sebagai senjata. Namun ia tak mungkin mundur lagi, semuanya terlanjur terjadi.

Tak ada jawaban. Wanita muda penasaran itu terus menelusuri jejak, walau tempat itu sangat gelap, masih ada cahaya matahari masuk dari deretan jendela tinggi kecil-kecil di dekat plafon.

Astaga! Itu... Nona Maharani Cempaka, istri Orion Brighton!
sosok misterius di kolong sebuah mobil terperanjat, Barangkali ini memang sudah jalan dan takdir Tuhan, mengantarkan dia untuk menemuiku! Tetapi, aku... sosok itu senang sekali sekaligus ragu, Jika ia menemuiku dalam keadaan seperti ini, tidakkah aku akan membuatnya repot sekaligus khawatir? Lalu aku akan ketahuan oleh semua penghuni kompleks Delucas, dan hanya akan membuat kegaduhan... Apa yang harus kulakukan?

Ia memutuskan untuk berdiam diri saja. Sesuatu yang ia bawa sebenarnya sangat ingin ia sampaikan kepada wanita itu. Tetapi lagi-lagi ia dilanda perasaan gentar nan amat sangat.

Sementara Rani sebetulnya tak kalah ketakutan. Ia curiga bila sosok berlumur tanah itu kemungkinan besar 'bukan orang baik-baik', bisa saja zombie Octagon! Tetapi jika sampai bisa bersembunyi? Mungkin belum berubah atau bereanimasi, barangkali hanya terluka! Meyakinkan diri sendiri bahwa semua akan baik-baik saja, Rani memanggil untuk terakhir kali, "Siapapun Anda, aku janji, takkan menyakitimu!"

Akhirnya sesuatu atau seseorang dari antara kendaraan-kendaraaan terparkir muncul juga, namun tetap menjaga jarak sambil memberi peringatan, "Aku di sini! Tetapi jangan mendekat dan jangan sakiti aku!"

Rani terkesiap, Ternyata dugaanku betul! Dia pasti penyelundup dari kamp Edward Bennet! Astaga, nada seorang pria setengah baya, suara yang sepertinya tak asing bagiku!

"Berjanjilah Anda takkan mendekat, ada yang ingin kusampaikan kepada Tuan Muda Orion Brighton lalu aku akan pergi dari sini. Anda ambil benda ini lalu segera pergi jauh-jauh dari sini! Berjanjilah kepadaku!"

"Mengapa, Tuan? Anda dalam kesulitan? Izinkanlah aku menolongmu!" Rani merasa begitu takut sekaligus iba setelah tahu sosok itu mengenal Orion!

"Tidak, Ma'am! Aku tak dapat tertolong lagi, tubuhku sejak semalam sudah terinfeksi! Kumohon, terimalah dan segera keluar dari sini! Atau..." sosok itu mengeluarkan ancamannya, "aku takkan segan-segan menularimu!"

"Hah? Ba-ba-baiklah jika begitu!" Rani mundur beberapa langkah, "Aku berjanji akan menyampaikan pesan Anda kepada Orion tanpa mengusik Anda!"

Sosok itu mengeluarkan sesuatu terbungkus plastik dari sakunya. Dari tempatnya berada, dilemparkannya benda itu ke arah Rani sejauh yang ia bisa.

Rani bergetar saat melihat benda seukuran amplop surat itu. Dengan tangannya yang selalu bersarung pelindung, diambilnya dan disimpannya dalam saku jaket.

"Sekarang Anda keluar dari sini! Kumohon! Jangan beritahukan apa-apa mengenai diriku kepada siapapun! Atau..."

"Ba-ba-baiklah, Tuan! Te-te-terima kasih!" Rani merasa bingung namun ia tahu tak dapat berbuat apa-apa untuk menolong!

Keluar dari garasi itu dan bergegas menutup pintu, jantung Rani berdebar-debar tak karuan.

"Siapa gerangan tadi dan benda apa yang ia berikan kepadaku?" dirabanya saku jaket dan dikeluarkannya benda titipan itu.

"Astaga... apakah benar dugaanku jika ia..."

***

Sementara itu Lady Rose masih berpikir keras mengenai banyak hal dalam benaknya. Mendapatkan sumber daya? Menyingkirkan Edward Bennet sebelum ia meminta lebih banyak benda dan kemudahan sebagai imbalan tutup mulut? Rasanya semua bisa kulakukan sekaligus tanpa perlu repot-repot!

Ia ingin sekali segera mengatakan rencananya kepada Kenneth, namun teringat jika sekarang Orion berada di Lab Barn, terpaksa ditundanya semua itu.

Kurasa belum tentu juga Edward Bennet akan 'tersingkir' begitu mudahnya hanya dengan rencanaku ini. Hanya sebuah pertaruhan kecil saja, jadi aku harus mengadakan rencana B, just in case the plan A didn't work!

***

"Selamat siang, Dokter!" Orion jadi juga mengunjungi Lab Barn, satu-satunya bangunan yang memiliki listrik selama beberapa belas jam terakhir. Ia datang bukan karena betul-betul ingin membicarakan program kehamilan Rose, melainkan beberapa hal lain yang mengganjal benak.

"Selamat siang! Sudah beberapa lama aku tak bertemu denganmu, Tuan Orion! Aku belum sempat mewawancaraimu tentang apa yang Anda rasakan saat mengalami gejala-gejala mirip Octagon!" Kenneth tampak antusias walaupun masih terlihat lelah.

"Sama saja seperti yang disiarkan di televisi waktu masih ada breaking news! Tak ada yang istimewa. Sebetulnya ada yang ingin kutanyakan mengenai pasien yang berada di sebelah ruanganku waktu itu.."

Kenneth yang masih memantau semua 'koleksi zombie'-nya lewat CCTV memandang Orion dengan wajah tak peduli, "Oh, Tuan Russell? Dia kelihatannya, well, istilah awamnya, bermutasi. Jangan khawatir, everthing is under control!"

"Apa maksud Anda?"

"Ia kami beri makan beberapa macam hewan segar sebagai eksperimen. Kami ingin melihat bagaimana ia dapat bertahan 'hidup' dalam kondisi tertentu dan kami juga mengambil beberapa sampel dari tubuhnya sebagai bahan studi."

Orion berdeham sebelum mengutarakan hal yang selama ini mengganjal hatinya, "Maafkan intervensiku ini. Menurut opiniku, apa yang Anda lakukan terhadap Russell sebenarnya tidaklah humanis. Sebaiknya Anda 'membersihkannya' lalu memakamkannya secara layak, Dok."

"Humanis?" Kenneth nyaris tergelak, "Apakah Russell masih hidup seperti manusia biasa? Makan makanan yang kita santap, minum air yang kita minum, bisa berbicara? Kurasa ia tak merasakan apa-apa lagi karena sudah lama mati! Malah ia harus bangga karena bisa saja kelak menjadi pahlawan pertama demi penelitian virus berbahaya ini! Dari semua sampel, kita bisa meneliti dan kelak menemukan vaksin yang tepat!"

"Anda..." Orion sebenarnya malas berdebat dengan dokter tampan yang penuh rasa percaya diri itu. Ia begitu ingin menyanggah, Bagaimanapun, arwah Russell di alam baka takkan tenang jika kita tak memperlakukan tubuhnya dengan layak! Semua manusia yang meninggal dunia dengan cara apapun layak untuk dimakamkan sebagaimana halnya semua manusia di dunia. Tubuh Russell harus dimakamkan, jika bisa, dengan protokol kesehatan. Tetapi pemuda itu tahu ia tak berkuasa apa-apa di sini, apapun yang ia katakan takkan diterima oleh dokter itu. Maka diputuskannya untuk mengalah, "Well, baiklah, asal Anda tidak berbuat hal-hal yang bisa membahayakan penghuni kompleks ini."

"Tentu saja. Aku ada di sini karena dibayar mahal sekali oleh istri Anda, jadi akan kulakukan sebanyak-banyaknya hal yang berguna bagi kemajuan penelitian Octagon dan tentu saja 'ilmu pengetahuan'!" sambil menambahkan dalam hati, Dan tentu saja demi menuntaskan misi rahasia merebut hati Nona Maharani Cempaka pada waktunya, sehingga tak ada pria lain di sini yang bisa memilikinya, termasuk Anda!


***

Maharani begitu ingin membuka serta melihat sendiri isi amplop itu, namun merasa tak berhak. Dibersihkannya benda itu lalu disimpannya baik-baik di paviliun sambil menunggu saat yang tepat untuk memberikannya ke tangan Orion tanpa sepengetahuan semua orang!

Astaga, demi Tuhan, suara itu... Reverend James? Apakah ini yang kakaknya John maksudkan, beliau menyusul rombongan Edward Bennet tetapi kemudian tak diketahui nasibnya?

Memikirkan betapa malangnya jika benar pendeta utama Chestertown itu telah terinfeksi, Rani bertekad akan segera menemui Orion, di manapun pemuda itu berada! 

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun