"Ya, kau benar, ibuku dalam bahaya besar! Mari kita tolong beliau. Ambil senjata apimu, Rani. Kali ini tak ada lagi waktu latihan. This is not a drill..."
Detak jantung Orion berpacu dengan waktu. Ia menurunkan ransel dan meraih sesuatu dari dalamnya. Senjata api laras sedang, sepucuk shotgun!
"Rani, kau bawa amunisi cadangan untuk pistolmu? Kau sudah tahu cara menggunakannya?"
"Ya, ada. Sedikit, kurang lebih seperti di film-film yang dulu kutonton..." Rani tak pernah menyangka akan terpaksa menggunakan senjata api secepat ini!
"Anggap saja kita sedang bermain tembak-menembak di taman rekreasi, oke? We can do it..."
Ini semua bukan impian terindah Rani, ia tak pernah menyukai 'permainan pria' semacam ini. Tetapi saat ini tak ada waktu, tak ada pilihan lain...Â
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H