"Uh... sungguh Kak, idemu kali ini sangat gila, keterlaluan, bodoh dan berbahaya! Sebaiknya tidak, Leon. Aku tak ikutan! Bukankah pagar listrik dan CCTV sudah kembali aktif? Kita juga bisa ketahuan!" Grace buru-buru berusaha mencegah niat nakal kakaknya.
"Hei, aku lahir duluan 3 tahun darimu, aku tahu banyak jalan rahasia di kompleks ini, mungkin sudah semuanya. Denahnya pun telah kubuat bertahun-tahun lamanya saat senggang. Ternyata banyak sekali spot yang tak terjamah CCTV, apalagi diberi pagar listrik! Kita bisa menyelinap keluar seperti tikus-tikus got!" Leon malah tambah bersemangat.
Orion segera menguatkan pendapat Grace, "Same here, I can't say that I'm agree. Menurutku, jangan coba-coba keluar dulu. Karena kita tak tahu apakah Chestertown masih cukup aman untuk dijelajahi!" Tak hanya masalah itu, ia sebenarnya ingin sekali keluar berdua saja bersama Rani. Kali ini tentu saja dengan perlindungan protokol kesehatan dan alat bela diri memadai (atau seadanya). Tetapi, pergi bersama Leon dan Grace? Tampaknya pergi berempat ke 'kota hantu' di malam hari bukan ide yang baik!
"Ya, Papa Orion betul. Namun kita juga bukan anak-anak kecil lagi. Kita pasti bisa mengatasi semuanya!" Leon masih berkeras hati, "Lagipula, Nona Rani masih punya 'utang' janji denganku. Meski tadi ia sudah menemaniku makan siang berdua saja, tetapi aku belum selesai di sana. Berkuda dan piknik batal, jadi aku masih berhak menginginkan satu lagi penggantinya!"
Orion terhenyak, Hei, Rani tak bilang apa-apa soal janji Leon. Tapi memang kami belum berkomunikasi tanpa privasi. Ia hanya bisa curi-curi memandang Rani yang tentu saja terdiam, tak berani menatap mata siapapun.
Akhirnya gadis itu ikut berkomentar, "Uh, sesungguhnya aku hanya ingin kita semua aman dan selalu baik-baik saja. Leon, sebegitu inginkah kau pergi diam-diam ke Chestertown?"
"Jika kita sama sekali menutup diri di sini dan berada dalam comfort zone sama saja dengan.. apa, ungkapan Evernesia itu, Nona Rani? Katak di dalam tempurung?" Leon masih bersikeras membujuk.
"Kita naik apa ke sana? Berjalan kaki?" Grace juga masih mencari celah untuk mencegah niat gila kakaknya.
"Kau lupa, aku punya sepeda motor sport yang kuminta sebagai hadiah ulang tahun ketujuh belas? Kita bisa berboncengan. Dan Papa Orion, uh, bisa dengan Nona Rani!" Meski lontaran ide terakhirnya membuat Leon kesal sendiri, ia tak punya pilihan lain.
***
Sementara malam turun semakin larut, kesibukan makin tampak nyata di pelataran dan jalan kendaraan utama kompleks Delucas. Semua kendaraan rombongan Edward Bennet dikawal ketat menuju sebidang lokasi terisolasi di mana mereka akan 'menumpang' selama krisis Octagon. Tadinya dokter Kenneth ingin memeriksa secara intensif kesehatan semua tamu itu, tetapi Lady Rose tidak ingin ada kontak dalam bentuk apapun antara para penghuni 'lama' dan baru. Walau heran, Kenneth terpaksa mengikuti instruksi sang nyonya rumah.
Mungkin saja mereka terinfeksi atau sudah menjadi carrier tanpa disadari. Saat ini tak ada orang asing yang bisa dipercaya 100 persen 'bersih' dari Octagon. Tetapi kelihatannya Rose tak ingin ada komunikasi verbal antara pihak Delucas dan Edward. Aneh, mengherankan dan sangat mencurigakan, tetapi sudahlah. Malam ini aku sudah cukup senang karena mendapatkan 'rekan-rekan baru Russell' dalam berbagai kondisi! Berbagai jenis kelamin dan juga usia akan sangat membantuku menghasilkan vaksin! Kenneth membatin sambil memandang kerangkeng-kerangkeng yang penuh berisi mayat-mayat hidup. Beberapa pria, wanita, bahkan ada anak-anak. Kelihatannya mereka tak ada yang masih bisa berkomunikasi.
Semua mata pegawai kompleks Delucas maupun staf Lab Barn memandang 'peliharaan baru' Kenneth dengan berbagai ekspresi. Sedih, seram, maupun mau tak mau atau enggan membayangkan mereka sewaktu-waktu juga bisa seperti itu. Tak ada yang berani dekat-dekat, hingga Kenneth menitahkan, "Bawa mereka ke Lab Barn, ke dalam Inner Chamber. Ingat, kunci pintunya baik-baik. Aku dan Lady Rose akan pergi dulu untuk memantau lokasi kamp Rev. Edward Bennet."
Sayangnya, mereka lupa memeriksa secara detail bagian bagasi bus-bus para penumpang itu. Tak semua zombie Octagon yang lumpuh sementara akibat setrum berhasil ditangkap. Ada sosok yang berhasil menyelinap ke dalam bagasi.
***
"Jadi, deal. Double dare, double the fun. Ingat, tengah malam pas. Rahasia kita berempat saja."
Setelah acara makan malam berempat saja selesai sekitar pukul delapan, Leon tetap bersikeras ingin ke kota. Akhirnya Grace, Rani dan Orion menyerah. Putra sulung Delucas memutuskan pukul 12 malam nanti mereka jadi berkumpul di 'garasi rahasia', tempat Orion memarkirkan sepeda motornya.
Mereka berpisah dengan janji berkumpul di spot seperti waktu Rani dan Orion 'kawin lari' dua malam silam. Rute rahasia perpustakaan-garasi.
"Awas jika ada yang berani ingkar, aku takkan segan-segan berbuat kenekatan lain. Aku tunggu kalian. Petualangan ini akan sangat seru." Demikian kalimat 'ancaman' Leon sebelum bubar.
Astaga. Aku tak percaya bisa terlibat dengan rencana perjalanan gila ini.
Tak lama, Rani sudah kembali di kamarnya. Berbaring di ranjang, mencoba beristirahat sejenak meskipun ia tak juga bisa tidur. Ia sungguh takut ketahuan majikannya, ini semua di luar kehendak.
Hubungan rahasia dengan Orion saja sudah membuatku berdebar-debar, tapi sekarang harus ditambah membayangkan akan menyelundup keluar berempat dari sini...
Tetiba pintu paviliun diketuk perlahan. Rani membuka dan memicingkan mata, bersiaga dengan segenap indra walaupun tubuhnya lelah.
"Siapa di sana?"
(bersambung)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H