Awalnya hanya sebuah grup WA kecil untuk berkomunikasi antar penulis online antar platform, Komunitas PenA (Penulis Amatir/Pemula Indonesia)Â kini telah berada di level yang lebih tinggi dengan adanya komunitas baru bernama KomPak'O, Komunitas PenA Kompasianers dan Opinians.
PenA berdiri secara tak sengaja pada 21 April 2021 sebagai wadah saling bertanya jawab kepenulisan dan saling like atau follow, kini berkembang jadi sebuah wadah kolaborasi antara penulis buku cetak dan penulis online.
Tidak ada senior junior, semua penulis dianggap sama-sama belajar dan sederajat.
Saat masih beranggotakan beberapa anggota, kami bersama Pimedia Publishing telah menelurkan antologi cerpen dalam berbagai tema berjudul Risalah Rindu, 1001 Kata Hati dan Cyan Magenta.
Buku-buku ini terbit juga di Google Play Books dan berbagai media buku elektronik internasional, serta menjadi koleksi perpustakaan di Indonesia hingga mancanegara.
Sejak 13 Januari 2023, KomPak'O telah berhasil menelurkan tiga buku cetak antologi cerpen dan puisi berjudul Lelaki yang Menjinakkan Naga, My One and Only, dan Ini Puisi?
Beberapa wanita hebat telah turut bergabung bersama kami. Bukan hanya menulis, kami juga bekerja purna waktu, menjadi ibu rumah tangga atau bahkan masih bersekolah dan duduk di bangku kuliah. Akan tetapi kami bertekad akan terus menulis selama masih memiliki waktu, ide, inspirasi dan opini asli dari hati.
Kami masih kerap merasa prihatin dengan adanya beberapa oknum penulis yang kurang memperhatikan dan menjaga mutu literasi dengan menulis atas dasar yang kurang tulus, khususnya yang hanya mementingkan komersialisasi atau besar penghasilan belaka. Malangnya, demi hal tersebut literatur yang dihasilkan seringkali hanya bertujuan demi mendulang pendapatan besar tanpa memikirkan dampak negatif jangka panjang bagi pembaca serta generasi yang akan datang.
Kami menentang dan mencoba untuk menggugah kepedulian sesama penulis dan pembaca atas maraknya kejadian segala bentuk tindakan plagiasi dengan alasan apapun serta bentuk-bentuk kepenulisan yang tidak sesuai dengan norma dan kebudayaan di Indonesia.
Semoga semakin banyak bermunculan Kartini-kartini Indonesia yang tergugah dan semakin berani menulis yang bukan hanya banyak dibaca atau laris manis saja, melainkan mampu membawa angin segar perubahan positif bagi pembaca muda Indonesia.