Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 75)

13 Maret 2023   15:01 Diperbarui: 13 Maret 2023   16:25 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Desain Pribadi

"Ada apa di sana? Kedengarannya sangat mencurigakan! Lokasinya tak begitu jauh, aku harus segera melihatnya!" Leon meletakkan set baju hazmat tak bertuan itu, menaiki kuda kesayangannya dan memacunya secepat mungkin menuju ke sumber suara dua tembakan.

Sayangnya, ia berhasil tak menemukan atau berpapasan dengan siapa-siapa. Pandangannya ke jalan di luar juga terhalang dedaunan pagar hidup.

"Duh, pasti tadi sumber suaranya dari luar sini. Apa perlu aku mengintipnya? Pagar listrik rahasia di balik pagar hidup ini belum aktif lagi, begitu pula CCTV-nya! Aku yakin sekali jika tadi Nona Rani juga mendengar suara itu, di manapun ia berada saat ini!"

Leon turun dari kudanya dan mendekat ke pagar hidup. Sama seperti waktu bersama Kenneth, ia merasa takut sekaligus begitu penasaran. Cukup yakin dirinya terlindungi karena mengenakan masker, Leon mendekat dan mengintip lewat celah-celah dedaunan.

"Astaga... lagi-lagi zombie... dan mereka sudah mati! Aku harus melaporkan ini kepada mama dan semua orang!"

Leon merasa ini begitu seru, walau ketakutan yang amat sangat mulai menggelayuti dirinya!

"Begitu dekat, begitu nyata! Ini seperti moto sebuah iklan, hanya saja yang ini bukan karangan melainkan sungguhan!" monolog Leon saat naik kembali ke atas kuda lalu memacunya secepat ia bisa ke arah main mansion.

Rani yang sebenarnya tak berada jauh dari situ masih merasa bingung. Ia belum bisa melupakan semua yang ia lihat di Lab Barn, sosok Russell yang malang, tidak lagi hidup namun juga tak bisa dibilang mati.

Dunia sedang dalam bahaya besar dan akan ada lebih banyak lagi sosok seperti Russell, entah korban terinfeksi, terbunuh, bereanimasi dalam penderitaan seperti Russell, atau terlunta-lunta tanpa kejelasan... Seperti Orion dalam isolasinya, walau ia tak lagi terlihat sakit...

Begitu inginnya Rani segera bertemu lagi dengan Orion! Betapa rindu, khawatir sekaligus ingin pergi jauh bersama dari sini! Ia tak sanggup lama-lama jauh dari suaminya itu, meski baru bertemu beberapa saat lalu!

Akhirnya Rani memutuskan untuk berjalan kembali saja ke main mansion. Ia tak jadi pergi ke ranch seperti yang dijanjikannya sebelumnya kepada Leon. Anak itu harus mengerti jika situasi dan kondisi sangat genting. Itu juga bisa menjadi alasan kuat mengapa 'kencan' mereka ditunda!

Di pelataran main mansion, Leon disambut oleh Lady Rosemary, Henry serta Kenneth yang baru saja kembali dari Lab Barn. Kelihatannya semua orang dewasa itu sedang berdebat.

"Tidak bisa, Kenneth! Kau tak boleh mengatur segala hal di sini semaunya. Lab Barn sudah kubangun untukmu dan timmu sebagai tanda kerja sama kita. Akan tetapi masalah listrik, aku tak ingin kau menyalakan genset tanpa izinku!" Lady Rose tanpa basa-basi menyemprot sang dokter.

"Ingat, Rose, kita sudah memiliki perjanjian di atas kertas. Kau sudah berjanji untuk memberiku kebebasan mengatur apapun di kompleks ini dalam keadaan darurat. And this is a damned emergency!" Kenneth bersikeras mempertahankan pendapat dan keputusannya.

"Ada zombie baru yang belum 'dimatikan' di Lab Barn! Lalu ada 2 zombie tertembak di luar sana!" tetiba muncul Maharani dengan napas terengah-engah. Disusul Leon dengan kudanya yang merasa heran dengan keberadaan Rani di sana, dalam hati sedikit kesal karena tadi tak berpapasan.

"Nona Rani, by the way, ke mana set baju hazmat-mu?" heran dokter Kenneth yang tampaknya tak peduli pada kalimat pertama Rani, namun segera mengomentari yang kedua, "Wah, ternyata sudah banyak spesimen yang bisa kumasukkan ke ruang pendinginku! Kau tahu di mana, Nona Rani?"

"Ya, aku tahu!" Leon yang baru saja turun dari kuda menjawabnya, "Mari kita semua ke sana!"

Dokter Kenneth seolah-olah mendapatkan sanggahan yang tepat untuk Rosemary, "You see now, Milady? Jika kita tak menyalakan genset untuk mengaktifkan pagar listrik rahasia, akan lebih banyak zombie dari Chestertown dan sekitarnya yang datang menyerbu kita! Andaikan bukan zombie sekalipun, akan banyak warga biasa yang mencari suaka dan memaksa masuk kemari! Anda mau kompleks dan kediaman kita ini jatuh?"

Lady Rosemary terdiam. Lama baru ia menjawab, "Baiklah, mari kita semua menuju ke lokasi yang ditemukan Leon dan Nona Maharani dulu!"

***

Sementara lampu-lampu utama dan sistem CCTV di Lab Barn kembali menyala, Orion segera mengisi daya ponselnya. Ia sedari tadi berusaha waspada; setelah mencuri dengar semua yang terjadi di ruang isolasi sebelah, ia bertambah yakin jika Russell benar-benar sudah 'berubah' alias bereanimasi.

"Maafkan aku, tak bisa berbuat apa-apa untuk membantumu, Tuan Russell!" bisik Orion lirih, "Menurutku sangat tak manusiawi membiarkanmu 'tetap hidup' walau rohmu sudah tak ada lagi di dunia ini, juga sangat membahayakan keselamatan orang lain! Andai saja ada yang bisa kulakukan untuk mengurangi penderitaanmu!"

Mengatakan monolog itu, tiba-tiba Orion mendapatkan ide gila!

Apakah sebelum Russell sampai melukai dan menulari siapa-siapa termasuk penghuni Kompleks Delucas dan Rani... sebaiknya aku 'menidurkannya' dulu dengan sesuatu, mungkin sebutir peluru, sesuai prosedur dokter Kenneth?

(bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun