"Dia, dia, sangat kuat. Penutup kepalaku ini saja nyaris lepas!"
"Oh ya? Menarik! Walaupun begitu, masih belum cukup. Aku masih ingin tahu, masih adakah sedikit kesadaran pada zombie Octagon 'hidup' ini? Apakah Russell bisa menerima perintah, barangkali seperti monster ciptaan dokter Frankenstein di dalam buku fiksi terkenal Mary Shelley?
"Duh, Dok! Jangan... Makhluk ini pasti bisa mematikan kita juga..."
Bersamaan dengan terputusnya kalimat asisten itu, zombie Russell meraung keras sekali! Suaranya menggema di seluruh penjuru Lab Barn. Lumbung itu berlangit-langit utama cukup tinggi, sehingga suara apapun akan beresonansi dengan jelas.
Orion di ruang sebelah begitu ingin keluar untuk melihat, sebenarnya mudah saja, pintunya tak terkunci. Tetapi mati-matian ia mencoba menahan diri.
Tidak, jangan, ini sangat riskan! Apapun yang terjadi di sebelah, selain bukan urusanku, bukan masalahku, juga berbahaya untukku dan Rani! Russell mungkin tak tertolong, tetapi aku harus menolong diriku sendiri demi Rani!
Rani yang baru saja keluar dari ruang pendingin tetiba merinding meskipun udara di luar jauh lebih hangat.
Suara itu... Russell! Rani tak ayal ingin segera kembali ke ruangan Orion. Ia tak mau meninggalkan Orion di sebelah zombie itu, walau terpisah dinding sekalipun.
Namun ia tak bisa! Keberadaannya di sini sudah terlalu lama dan tentu akan menimbulkan kecurigaan. Berbuat ceroboh malah bisa-bisa akan membuatnya ketularan virus Octagon.
Lampu-lampu utama masih padam. Belum sampai setengah jam lalu bertemu Orion dan terpaksa menjenguk Russell, tapi bagi Rani petualangan pagi ini terasa seperti berjam-jam lamanya!
Rani keluar ke arah berlawanan yang diharapkannya menuju lobi Lab Barn. Ternyata kali ini ia beruntung. Di depan ada cahaya-cahaya dari jendela tinggi.
"Siapapun, tolong, di dalam sana..."