"Ya. Ini aku, Sayang! Maaf jika kedatanganku mengganggumu pada jam selarut ini. I want you so bad."
Rani bingung, mengapa Orion sudah boleh 'bebas' sebelum 24 jam? Apakah semua ini betulan terjadi atau hanya sebuah mimpi?
"Hai. Bagaimana mungkin kau bisa keluar dari ruang isolasi pada waktu begini?"
Orion tersenyum lebar, manis sekali! "Sudahlah, Milady Rani. Jangan dipikirkan bagaimana dan siapa yang membebaskanku. Yang penting aku bersusah-payah datang kemari hanya untukmu!"
"Tidak mungkin! Lagipula, apa kau sudah sehat? Jangan dekati aku dulu!" 'Tetapi aku sangat rindu kepadamu, Orion! Rinduuu sekali!' Gentar, Rani diam-diam menambahkan dalam hati.
"Kupastikan diriku sudah sehat. Ayo, kita buru-buru lakukan sebelum ada yang tahu aku di sini!"
"Buru-buru untuk apa?" Rani jengah.
Orion semakin dekat dan duduk di tepi ranjang Rani.
'"Ta, ta, tapi, di sini kurang aman! Bagaimana jika seseorang tiba-tiba datang ke beranda dan mengetuk pintu?'"
"Biarkan saja!" Pemuda itu mendekat hingga kini tubuhnya sudah menempel erat dengan istri rahasianya, pengantin yang ia begitu rindukan. Hangat sekali, dipeluknya Rani erat-erat seakan takkan pernah melepaskannya lagi.
"Aku cemas sekali. Kau membuatku khawatir! Bagaimana jika kita ketahuan oleh Rose?" Rani masih belum bisa percaya seratus persen jika Orion berada di atas ranjang single-nya yang kini terasa sempit dan panas.