Sang dokter dan seisi kompleks yang telah kembali dari ketegangan dini hari di depan gerbang Delucas masih berkumpul, berjaga-jaga di pelataran depan main mansion. Kenneth masih penasaran kepada sosok berkendaraan SUV, menunggu jawaban Rose yang masih diam seribu bahasa.
Akhirnya wanita itu menjawab walau dengan suara kecil dan enggan sambil membuang pandang, "Rev. Edward, pendeta yang memberkati pernikahanku dengan Orion. Sudah puas? Jangan bertanya apa-apa lagi, oke?"
"Oh, I see. Jadi, apa yang sesungguhnya beliau inginkan, dan mengapa kau jadi sangat gundah gulana karenanya?" Kenneth tetap bertanya, diabaikannya kalimat terakhir Rose.
"Beliau ingin masuk bersama keluarga dan kerabatnya, ikut bernaung di kompleks kita ini. Bukankah semestinya kita mencegah orang luar yang kurang jelas riwayat kesehatannya untuk bergabung? Virus Octagon-33 belum dapat dideteksi dengan swab, PCR maupun metode lain seperti Hexa-19."
"Betul. Tetapi apakah kau tak bisa membicarakannya baik-baik? Memberikannya suplai logistik, uang atau apa saja yang beliau inginkan agar beliau segera pergi?"
"Sudah pernah kulakukan dan telah kutawarkan. Namun Edward ingin lebih dari itu. Beliau mengancam akan..." Rose kembali diam. Rahasianya tak ingin dan takkan pernah ia bocorkan kepada Kenneth!
"Uh, baiklah. Begini saja. Kita punya waktu kurang dari 24 jam untuk berpikir. Mungkin sebagai alternatif solusinya, kita bisa siapkan area khusus untuk orang-orang yang Rev. Edward ingin bawa kemari. Akan tetapi, kita tak mungkin akan menampung mereka selamanya. Penduduk Chestertown lainnya akan iri hati."
Rose menambahkan, "Juga, hal itu tak sepenuhnya menjamin bahwa Rev. Edward takkan berani melanggar perjanjiannya..." kembali terdiam, wanita itu tak merinci hal yang ia maksud. Lalu mengalihkan pembicaraan, "Kita cari saja solusi seandainya Rev. Edward kembali besok!"
"Uh, baiklah. Biarkan kupikirkan bagaimana dahulu! Bersabarlah." Kenneth masih penasaran, tetapi ia merasa saat ini percuma saja coba-coba membongkar hal pribadi antara Rose dan Rev. Edward.
Sementara keduanya masih lanjut berbincang-bincang mencari jalan keluar, Rani dan Grace yang masih berada di lobi hanya dapat mengintip lewat jendela sambil berbincang-bincang. Leon juga berada di dekat mereka, tampak masih kesal karena tak diizinkan ikut keluar untuk melihat apa yang terjadi.
"Syukurlah Papa Orion tak apa-apa. Kurasa ia tak bisa banyak bicara. Teleponnya tak aktif lagi. Kurasa ia kembali beristirahat." Rani memberitahukan pembicaraan telepon yang baru ia lakukan, berusaha keras agar para remaja menganggapnya wajar karena hanya menanyakan kabar.