"Coba Nona Rani perhatikan baik-baik. Menurut Anda, siapa pria yang ada di rekaman itu?"
Semula Rani tak dapat menangkap visual apa-apa kecuali sosok samar yang tergeletak di jalan. Namun seseorang yang kemudian muncul sangat ia kenal.
"A-a-apa?" Orion! Rani segera sadar ia juga ada di sana tadi malam atau lebih tepatnya, dini hari. Akankah Leon tahu juga jika aku ada di sana?
Rani lama berdiam diri, tak ingin membocorkan semua. Dibiarkannya Leon yang kemudian bertanya sendiri, "Menurutmu, betulkah itu Papa Orion? Bagaimana mungkin ia bisa berada di sana pada jam yang sedemikian aneh, witching hours? Dan apa yang ia lakukan?"
Di kejauhan, hanya terlihat lampu sepeda motor Orion dan tak ada sosok Rani sebab keadaan sekitar sangat gelap.
Bagaimana ini? Haruskah aku jujur mengakui jika memang aku dan Orion ada di sana?
***
Orion dalam kesendiriannya sudah menghabiskan hampir semua jatah makanan dan air minum. Ia merasa sedikit jauh lebih baik untuk satu-dua jam pertama, tetapi rasa haus dan laparnya tak lama kembali datang. Tubuhnya juga kadang menggigil, kadang malah terasa begitu panas hingga ia ingin menceburkan diri ke bak mandi berisi air dingin.
Tidak, perasaan ini hanya sementara saja, aku tak boleh terlalu sering basah. Ini sama seperti flu biasa, jangan mandi dulu, jangan banyak bergerak, tidur saja, aku butuh tidur nyenyak.
Orion mengambil selimut dan membalut diri sebaik-baiknya sambil mencoba beristirahat. Dipejamkannya mata, mencoba membayangkan kembali semua memorinya bersama Maharani. Sebentar lagi genap 24 jam mereka bersama-sama sebagai suami istri. Namun 'kebersamaan' mereka kemarin masih begitu singkatnya, padahal keinginan yang satu itu belum lagi terpuaskan.
Rani, izinkan aku bertemu denganmu sebentar saja malam ini, walau hanya dalam mimpi...