"A, a, apaan ini? Siapa kau? Si, si, sialan!" Pria itu terhenyak. Tubuhnya berusaha berbalik walau kakinya yang sebelah masih tertahan dalam genggaman erat 'si orang asing' pertama, "Stop it, both of you!"
Orang asing kedua berwajah pucat membiru mirip rekannya itu tampak 'gembira', nyaris seperti ingin bicara, Akhirnya kami menemukanmu!
Namun tak sepatah katapun terucap dari bibir hitam dan mulut gelap berbau busuk itu. Ia hanya menyeringai semakin lebar sambil mencengkeram erat-erat bahu si pria bersenjata.
Bibirnya komat-kamit seolah ingin berkata tanpa suara, Aku lapar... aku haus... aku tak bisa bernapas, tolong aku!
"Le, le, lepaskan aku, atau kalian akan kutembak! Senapanku ini sudah berisi peluru, siap untuk membu...!"
Ia belum lagi sempat menyelesaikan kalimatnya. Kedua pria aneh itu tiba-tiba membuka mulut mereka lebar-lebar. Bagaikan dua makhluk kelaparan, sepatu dan bahu jaket pria bersenjata itu mulai mereka gigit dan cabik-cabik.
Dor! Dor! Dor!
Tampaknya tembakan senapan membabi buta itu tak berpengaruh banyak. Menembus bagian tubuh kedua lawan pada dada dan punggung mereka, namun sama sekali tak berhasil menghentikan perbuatan mereka.
"Tolong, tolong, tolong aku! Please, anybody, help me!" Tentu saja, di daerah sesunyi pinggiran Chestertown, pertolongan takkan pernah tiba bagi si pria malang.
Walau darah kental berwarna hitam dari luka tembakan mereka mulai deras membasahi aspal, kedua makhluk aneh sama sekali tak kesakitan, apalagi sampai berhenti menikmati mangsa pertama mereka itu.