Di-zoom-nya pemandangan di layar. Sosok itu membuat Leon mengucek mata beberapa kali.
"Papa Orion? It must be a dream! What is he doing out there?"
***
Tak seberapa lama, Orion dan Rani sudah kembali berada dalam garasi rahasia yang tak terpantau CCTV. Pemuda itu memastikan agar pagar besi terluar maupun pagar kayu ganda garasi tertutup rapat dan terkunci erat-erat. Dalam keremangan lampu kecil di sana, dengan suara pelan dan sedih diberinya pesan untuk Maharani, "Sekarang kita berpisah dulu. Apapun yang terjadi mulai saat ini, ingatlah, aku mencintaimu!"
"A-a-apa kau tak apa-apa, Sayang? Kelihatannya ada yang aneh pada dirimu! Are you okay?" Rani bertambah khawatir. Ia hendak mendekat dan memeluk Orion, namun suaminya malah mundur.
"Sebaiknya untuk sementara Rani jangan dekat-dekat denganku. Kau lihat orang di jalan tadi? Aku sempat menyentuh bahunya. Kurasa... that was a big mistake."
"What do you mean?" Rani tak mampu bertanya lebih jauh, berusaha untuk menepis kekhawatiran.
"Yes, you know it already, Milady. Sorry, you already warned me, but I ignored." Orion kini merasa tubuhnya sangat lelah, entah mengantuk atau mungkin kurang fit. "Don't worry about me. I'll be just fine. Hanya merasa lelah sedikit saja. Mari kita segera kembali ke kompleks dan tidur di kamar masing-masing."
(bersambung besok)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H