Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 48)

27 Februari 2023   13:57 Diperbarui: 27 Februari 2023   15:29 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenneth dan Leon berusaha keras menarik kesimpulan siapa atau apa yang mereka lihat di layar LED canggih itu.

"Coba kau zoom, Leon. Jika terlihat lebih dekat barangkali kita akan tahu!"

"Sure, it's a piece of cake for this device! Selain sudah berwarna, juga bisa lebih tajam daripada CCTV jenis lama!"

Sosok yang terlihat di monitor sekilas mirip manusia biasa; seorang, dua orang laki-laki yang berpakaian lengkap. Hanya gerakannya yang sedikit aneh, seperti orang linglung. Dengan tangan terarah lurus ke depan sesekali seperti mencoba meraih sesuatu, manusia aneh itu entah buta atau mencari-cari sesuatu yang tak bisa ia temukan. Dalam kegelapan malam plus bayang-bayang pagar, wajah pria itu tak dapat terlihat jelas. 

Kenneth, yang belum pernah melihat 'korban virus Octagon' sebelumnya, sekali lagi menitahkan Leon, "Aku belum yakin itu hanya manusia mabuk atau apa, namun bisakah kau men-save adegan ini? Aku ingin mengirimkannya ke kolegaku yang tergabung di tim rahasia EHO."

"Tentu saja! Aku juga penasaran. Sayang, posisinya terlalu jauh jadi suaranya tak tertangkap juga!"

***

Sementara itu, Orion dan Maharani telah kembali mengenakan busana yang sama seperti yang mereka kenakan saat datang ke kediaman Brighton. Keduanya masih ingin berlama-lama di kamar pengantin, namun waktu terus berjalan hingga hari menjelang fajar. Sadar jika ketidakhadiran mereka di kediaman Delucas akan menyebabkan kecurigaan besar, Orion memutuskan untuk segera pamit dengan ibunya.

"Mama, izinkan kami berdua kembali dahulu. Jika waktu mengizinkan, kami akan kembali lagi kemari! Jaga dirimu baik-baik, Ma," Orion begitu khawatir dan enggan meninggalkan Lady Magdalene Brighton seorang diri, "sesungguhnya kami ingin membawamu serta ke kediaman Delucas!"

"Ide bagus, Mama!" Rani menambahkan.

"Tidak, Anak-anakku. Kurasa itu bukan ide yang baik. Sahabatku Rose takkan suka jika aku, yang bagaimanapun 'harus berakting' sebagai mertuanya sendiri, ada di sana mengawasi 'pernikahan' kalian."

"Oh, yes, what a pity, Mama. But you're right. Ingatlah, Ma, kami akan kembali lagi kemari untuk memastikan Mama baik-baik saja!" Orion dan Rani bergantian memeluk Lady Mag sebelum keduanya berjalan ke sepeda motor yang menunggu di halaman depan.

"Stay safe, both of you! Semoga dunia ini baik-baik saja!" 

"You too, Mama! Kami akan selalu mengabarimu, keep in touch! See you soon."

Tegar, Mag melepas keberangkatan Orion dan Rani. Lalu ia kembali masuk ke dalam main mansion Brighton yang kembali gelap dan sepi.

Orion dan Rani kembali berada di jalan raya perbukitan Chestertown yang sangat sepi. Sang istri erat memeluk pinggang suaminya yang mengendarai motor tuanya sedikit lebih cepat daripada saat mereka datang semalam. Matahari belum lagi muncul dari ufuk timur. Orion tak banyak bicara sepanjang perjalanan pertama mereka sebagai suami istri itu.

"Orion, do you mad at me? Mengapa kau diam saja?" Rani berusaha memecah kebekuan suasana.

Orion sejenak masih terdiam, lalu berusaha tertawa, "Oh, tentu saja tidak! Hanya memikirkan masalah kita yang menunggu di depan mata. Ingat, Sayang, begitu mencapai kediaman Delucas, kita harus kembali 'menjauh' untuk sementara," Orion diam lagi, lalu menambahkan dengan suara jauh lebih rendah dan mesra, "biarkan aku yang mencari jalan bagaimana caranya bisa 'bersama' denganmu!"

Memikirkannya, Rani diam-diam merona. Semua yang belum lama terjadi telah mengubah hidupnya selamanya. Kini ia tahu bagaimana rasanya bercinta bersama seorang Orion Delucas, tidak, Brighton. Selain tubuh dan wajahnya begitu tampan dan indah, ia begitu istimewa.

"Astaga, Orion, aku tak tahu bagaimana kita bisa melakukannya lagi secara diam-diam! Itu sama saja dengan kau 'menyelingkuhi' Lady Rosemary!"

"Demi kau, aku bersedia melakukan segalanya! Bahkan jika kita terpaksa diusir dan kehilangan segalanya!"

"Hanya saja, krisis virus baru Octagon..."

Kata-kata Rani itu terputus. Dua sosok manusia yang sedang berjalan di sisi pagar hidup yang mengelilingi kediaman Delucas tampak sangat mencurigakan. 

Yang satu tampak linglung, yang satu tambah lunglai dan terkapar di tepi jalan.

"Astaga, apakah mereka tersesat dan butuh pertolongan? Atau..." Orion, yang selalu tak tega membiarkan ada kejadian buruk menimpa siapapun, begitu ingin mendekat dan segera menghentikan motornya. Dipelankannya laju kendaraan sementara jarak mereka semakin dekat.

"Orion, firasatku mengatakan, ada yang tak beres! Jangan berhenti!" Rani yang jujur dan polos segera menunjukkan kekurangsetujuannya.

"Tetapi, Milady..." Orion masih begitu penasaran; apakah mereka orang baik-baik yang benar-benar membutuhkan pertolongan yang tulus secepatnya, atau malah sepasang pemabuk atau pencuri lokal dari Chestertown yang sedang berpura-pura mabuk dan ingin berusaha mencari jalan masuk ke dalam kediaman Delucas?

Haruskah aku berhenti untuk mengecek mereka atau terus berjalan dan berpura-pura tak tahu saja?

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun