"Aku, aku..." Jen tampak ragu. "Sebelumnya, Jen minta maaf. Aku suka dua-duanya dan sukar bagiku memilih yang mana yang terbaik. Yang satu panjang lebar bagus sempurna dan manis sekali. Seperti karya anak sastra betulan. Akan tetapi yang sederhana juga aku suka. Jujur, aku bingung. Yang jelas, aku suka kalian berdua. Hanya saja aku lebih suka pada satu orang saja. Dan di sini aku gak bisa jujur. Aku gak mau kalian nanti sampe berantem."
Brandon mencebik. Vincent terkesiap, menahan napas.
"Nanti saat hari terakhir ujian sekolah, aku beritahu keputusanku. Periksa laci meja kalian."
Brandon dan Vincent sama-sama terpaksa kecewa. Ah, harus menunggu lagi. Tapi gue yakin akan diterima. Brandon masih pede. Vincent sebaliknya. Jadi belum bakal dijawab sekarang. Aku kok lega, entah mengapa.
***
Tiba juga hari yang dijanjikan. Kedua pemuda itu gercep ke sekolah dengan semangat aneh menggebu-gebu. Apakah Jenny beneran akan membalas surat cinta mereka?
Vincent dan Brandon ternyata menerima surat yang persis sama.
"Terima kasih atas perhatian kalian padaku. Jenny suka surat yang bagus seperti yang panjang lebar berbunga-bunga itu. Bahasa yang indah sekali seperti di buku-buku fiksi kesukaanku. Akan tetapi, satu dari kalian yang hanya bilang suka aku dan mau jadi temanku kurasa memiliki perasaan yang sama denganku."
***
Bertahun-tahun kemudian.
"Aku senang jadi temanmu. Ternyata pilihanku dulu tidak salah."