Masih segar di ingatan kisah bayi/batita Kenzie yang sudah berberat badan 27 Kg. pada usia belum dua tahun. Sang ibu dan ayah yang kebetulan memiliki ekonomi kurang mampu hanya bisa membelikan Kenzie SKM alias Susu Kental Manis alias krimer sebagai minuman buah hatinya. Dikarenakan terbatasnya pendapatan ayah Kenzie dan beratnya pembiayaan atas dua kakaknya yang sudah beranjak remaja, Kenzie konon hanya diberi asupan ini sebagai pengganti ASI (dan juga karena ibunda Kenzie memiliki riwayat gangguan kesehatan sehingga tidak dapat memproduksi ASI).
Terlepas dari benarkah Kenzie mengalami obesitas atau BB berlebih 'hanya' karena asupan minuman manis (atau mungkin ada penyebab lainnya), mari kita tilik sebuah usaha yang belakangan sedang booming.
Es kekinian yang sedang naik daun ini ternyata banyak sekali peminatnya, baik yang menjual maupun yang membeli. Di daerah sekitar tempat tinggal penulis saja paling sedikit ada 3 hingga 5 kios.
Mengklaim bahwa minuman rasa buah ini terbuat dari bahan asli alias jus buah dan gula murni, kelihatannya tidak begitu make sense dengan harga yang hanya dilabeli 3000-5000 Rupiah, apalagi banyak yang memberi iming-iming promosi beli dua gratis satu. Belum lagi yang dijual dengan kemasan lucu dan menarik. Beli satu saja tidak akan pernah cukup.
Seperti dilansir oleh NakedPress, berikut ini beberapa risiko terlalu banyak minum dan makan segala yang manis dan bergula.
Kebijakan pemerintah untuk mengenakan cukai pada minuman berpemanis yang direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2024 barangkali tidak akan menyentuh sektor seperti home industry ini dan hanya akan diterapkan bagi penjual minimarket dan restoran saja. Selain karena sulit untuk mengontrol melalui adanya struk dan bukti pembayaran pajak, pembeli dan penjual tidak mau ambil pusing (asal laku, asal enak, murah meriah buat kenyang, semua ikut senang) maka demand akan terus ada dan konsumsi akan terus berjalan.
Warna menarik, kemasan unik, serta tentunya rasa buah dan kopi-cokelat beraneka ragam membuat semakin banyak yang tertarik mencoba dan mengkonsumsinya.
Masyarakat kelas menengah ke atas mungkin akan mempertimbangkan banyak hal sebelum mengkonsumsi minuman manis termasuk minuman kopi kekinian di kafe-kafe. Sebisa mungkin, ada pilihan low fat, low sugar, less ice dan sebagainya. Akan tetapi penulis rasa masih sangat sukar untuk menerapkan cara ini pada warung minuman kekinian di pinggir jalan. Padahal sangat dibutuhkan kesadaran dan kontrol khususnya bagi orang tua agar putra-putri kita tidak terlanjur mencandu segala minuman dan makanan manis yang mudah didapat ini lalu menjadi penyebab berbagai gangguan kesehatan di masa yang akan datang.
Semoga bisa menjadi masukan bagi yang berwenang, sebuah refleksi dan sekadar opini kecil pembetik kesadaran.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H