"Aku, eh, aku..." Dipuji begitu, lidah Rani tetiba kelu. Menyadari hanya berdua saja dengan Orion di paviliun ini, sepertinya ia merasa malu, "aku hanya tak ingin jika mereka sampai tahu apa-apa tentang tadi siang. Aku masih begitu asing di sini."
"Aku mengerti," Orion mendekat, diraihnya dagu Rani, sedikit tergesa-gesa namun begitu mendebarkan, diucapkannya perlahan-lahan dengan jarak semakin dekat, "tapi kita tak bisa terus-menerus berhubungan sembunyi-sembunyi begini. Aku mencintaimu dengan sepenuh hati."
"Orion, aku..."
Rani menelan ludah. Bibir Orion terlihat begitu menggairahkan, ditambah pemandangan belahan dagu yang begitu pas pada wajah tirusnya. Rani selalu terpesona pada deretan gigi putih nan rapi. Ya Tuhan, pantas saja Lady Rosemary begitu tergila-gila kepadanya! Duh, mengapa memikirkan mereka berduaan dalam bentuk apapun sungguh membuatku cemburu!
Rani kali ini sudah tak tahan lagi. Ia hanya ingin meluapkan kekesalannya pada takdir. Mendekat lebih berani lagi, spontan dilumatnya bibir pemuda itu. Orion sama sekali tak menyangka, namun ia dengan riang menyambut. Tangan mereka saling memegang pipi satu sama lain seakan tak ingin lagi terpisahkan.
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H