Maharani juga berhasil menemukan beberapa orang lain yang telah dikenalnya dan membawa mereka kembali ke bus. Walaupun heran, semua staf-staf itu menurut. Beberapa orang berhasil memperoleh keperluan kebersihan seperti sabun, juga berbagai bumbu dapur yang tak diproduksi sendiri seperti garam. Sementara ada juga yang malah membeli senter, batu baterai hingga peralatan berkemah serba guna.
"Sudah cukup untuk saat ini, terima kasih. Kita pulang dan memantau situasi dari kompleks Delucas. Semoga pemerintah Everopa bertindak bijak, menutup perbatasan-perbatasan dengan Everance. Semoga tak terjadi hal-hal seperti yang penduduk Chestertown cemaskan." Orion segera menghitung semua anggota rombongan go downtown, memastikan tak ada satupun yang tertinggal. Lalu ia naik ke mobilnya sendiri bersama Rani, memimpin di depan. Sedikit sulit untuk dua kendaraan itu menembus kerumunan para pengantre toko yang berdiri memenuhi jalan, namun akhirnya mereka berhasil berangkat pulang.
Rani sejenak menoleh ke belakang. Entah mengapa, sebuah firasat buruk atau sebentuk imajinasi liar lagi-lagi menghampirinya.
Chestertown, kota kecil perbukitan nan permai. Entah mengapa tiba-tiba aku khawatir jika minggu depan atau selanjutnya dunia takkan terasa sama lagi. Seperti di film-film, saat sebuah mimpi indah berangsur-angsur menjadi buruk.
"Ada apa lagi, Rani?" Ramah, Orion melirik sejenak menerobos dinding kesunyian, tersenyum sambil kembali mengalihkan pandang ke jalan raya, "kau selalu merenung, kau takut akan apa, atau kepada siapa?"
"A-a-aku tak tahu, Orion. Semua ini masih begitu asing sekaligus menakutkan bagiku. Begitu tiba di tempat ini dan masuk ke dalam keluarga Delucas, kejadian-kejadian buruk mulai terjadi! Apa ini semua karena kedatanganku? Apakah kehadiranku membawa omen bagi kalian, bagi dirimu serta seluruh dunia ini?"
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H