Setelah lama mereka berciuman, dengan enggan Rani terengah-engah dan menjauh sedikit. "Excuse me, I think I need some air," ujarnya sambil menjilat bibir.Â
"Of course. Me too. That was very nice. Thanks. No, the word 'nice' sounds too bland. That was awesome. I haven't kiss anyone as deep and as sweet as that." Orion tersenyum, antara gelisah namun juga diam-diam gembira seperti seorang anak kecil yang baru sekali coba-coba melanggar titah orang tuanya. "Thank you, Rani. I'll try to make it works for us. It's hard for us, but we have to try."
Keduanya terdiam dalam momen siang musim gugur nan sunyi itu. Sejenak lupa bahwa begitu banyak masalah menunggu di masa depan, Orion dan Maharani larut dalam penemuan asing mereka, bahwa mereka saling terbelit situasi dan rasa yang tak bisa lebih lama lagi dipungkiri.
Gadis ini tidak cantik, kata itu tak begitu tepat. Juga lebih dari sekedar menarik. Beda jauh dengan Rose yang apik merawat diri dan biasa tampil penuh polesan kosmetik. Jadi, mengapa aku bisa nekat begini? Apa yang kucari dan kutemukan darinya? Orion tak mampu berkata-kata. Dibiarkannya Rani bersandar di dadanya, sementara dibelainya rambut panjang hitam yang aromanya jauh berbeda dari wangi parfum mewah Rose. Rani bukan hanya jauh lebih lembut dan alami. Dalam kesederhanaan, dirinya jauh lebih bersinar.
"Orion, sekarang apa yang akan kita lakukan?"
"Pergi dari sini, pulang, berpura-pura tak terjadi apa-apa. Kita ke Chestertown untuk melihat apa yang terjadi, mungkin rombongan go downtown masih menunggu di sana."
Orion perlahan meraih tangan Maharani, menggandengnya. Dengan heran gadis itu menemukan dirinya diam saja saat disentuh. Tangan pemuda itu hangat dan lembut. Rani semakin nyaman dibuatnya. Orion memang melenakan sekaligus mendebarkan.
"Takut?" tanya pemuda itu lembut.
"Ti, ti, tidak. Aku hanya masih amat cemas. I still feel so worry about this. Bagaimana jika Lady Rosemary sampai tahu?"
Orion tersenyum penuh rahasia, tiba-tiba tawanya meledak. "A ha ha ha ha. Nenek sihir itu takkan pernah memilikiku, apalagi dadakan mengetahui hubungan kita. She will never find out! Percayalah, akan kita coba tutupi sebaik mungkin hingga waktunya tiba. Entah kita nanti berterus terang ataukah langsung saja melarikan diri."
Maharani masih ragu. Ia tak pernah suka pada ide maupun kisah perselingkuhan. Tetapi ia mengangguk, mencoba ikut dengan permainan Orion. Ia tahu ini sebenarnya hal yang 'salah', tetapi ia jauh lebih memilih dan membela Orion daripada Lady Rose yang tak pernah bisa ia sukai.
"Baiklah, Orion, ayo kita ke Chestertown lalu kembali ke main mansion. Mudah-mudahan Lady Rose tidak memarahi kita."
"Ya. Jangan khawatir, Rani. Kita pikirkan nanti bagaimana, sekarang kita berdiam diri dahulu dan mengikuti perkembangan berita di Everance."
"Oh. Gara-gara ini, aku jadi lupa semua kepanikan tadi! Mari, kita segera pergi sebelum semua penghuni kompleks, Leon dan Grace curiga."
***
Lady Rose dalam sedan merah mewahnya tadi ingin sekali tancap gas mencari keberadaan Orion dan Maharani. Ia tak ingin mereka berduaan sekejap mata pun. Sejak awal, ia selalu waspada dan berjaga-jaga pada setiap kemungkinan. Hari ini, ia merasa kebobolan!Â
"Huh, ayah kandung Leon dan Grace saja yang dulu belasan tahun setia, mencintaiku, hidup dari kekayaanku, makan dari tanganku, bisa tiba-tiba meninggalkanku seusai pandemi... That filthy man, my ex... He bited the hands that fed him! kali ini, Orion, kupastikan kau takkan pernah melakukan hal yang sama!"
Tetapi sayang, kepanikan antrean belanja warga Chestertown dan antrean mengular membuat kendaraan yang dikemudikannya tak dapat cepat-cepat menyusul sedan Orion, sehingga sudah terlambat baginya. Dengan kesal wanita cantik itu meninju setir. "Huh, hari buruk bagiku! Kurasa mereka sengaja melakukannya, awas saja bila nanti ketahuan!"
Tak berlama-lama panas hati, Rose teringat pada kedua putra-putrinya. "Leon dan Grace tak boleh lama-lama kutinggalkan. Remaja-remaja labil itu bisa sama saja nekatnya seperti ayah mereka. Huh, aku terpaksa pulang dulu, memastikan mereka tak ikut berbuat hal-hal bodoh!"
(bersambung besok)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H