"Rani, now you already knew what's inside my heart. Maafkan aku tak bisa berbohong maupun menahan-nahan lebih lama lagi. Tak mungkin kuberitahukan semua perasaanku kepadamu ini di dalam kediaman Delucas! Tentunya akan sangat menyakitkan keluarga itu. Juga, dulu-dulu tak ingin kuutarakan begitu saja, atau kau akan marah dan benci kepadaku! Jadilah kekasihku, Rani."Â
Orion masih bersikeras menahan Maharani dalam pelukannya. Gadis itu ingin berontak, sama seperti saat ia mendorong dada Orion untuk menjauh darinya. Ia tak ingin lagi dekat-dekat pada bara api yang menghanguskan itu. Bibir Orion yang merah muda dan lembut itu begitu mengundang untuk dikecup lagi dan lagi. Napasnya terasa di tengkuk Rani, hangat sekali. Aroma tubuhnya begitu natural bagaikan rempah-rempah, dedaunan kering dan kayu-kayuan hutan musim gugur. Orion memang secara alami begitu magnetik.
"Jadi Anda ingin aku jadi kekasihmu, Tuan Orion, di saat Anda sudah beristri? Apakah Anda sudah gila? Anda seorang pria yang sudah terlarang untuk dimiliki. Aku berdosa besar jika berani merebut seorang suami dan ayah sambung anak-anak didikku! Menjauhlah dariku, pergilah yang jauh, tinggalkan aku sendiri!" Maharani bergelut sesaat, kedua tangan mungilnya coba mendorong Orion lagi, berusaha keras melawan semua daya tarik pria muda itu. Ditinjunya dada Orion dengan kepalan-kepalan kecilnya. Namun tubuh Orion yang atletis, tinggi dan langsing bergeming.
"Ya, Rani. Aku mungkin memang sudah gila. Demi dirimu hingga hari ini belum juga ingin kuberikan tubuhku sepenuhnya untuk Rose, nenek sihir itu! Aku hanya ingin memberikan diriku untukmu!"
"Apa maksud Anda, Tuan Orion?"
"Hei, mengapa kau lagi-lagi memanggilku 'Tuan'? Cukup Orion saja. Please help me, Rani. Katakanlah bahwa kau mencintaiku juga, walau hanya sesaat. Aku berjanji akan menikahimu secara resmi! Rose akan marah besar lalu mengusir kita berdua dari kediaman Delucas. Kita lalu pergi berdua jauh-jauh dari Chestertown, bagaimana?"
"Aku belum bilang bahwa aku juga mencintai Anda, Tuan Orion! Mengapa kau begitu yakin jika aku juga mencintaimu?"
"Aku tak memintamu membalas perasaanku ini. Hanya ingin kau bisa menyukaiku sedikit saja. Sekaligus menolongku hingga aku bisa pergi dari kediaman Delucas. Aku tak punya cara lain lagi, harus bagaimana lagi. Berada di sana, walaupun kami punya segala-galanya, sungguh menyiksa bagiku."
Rani tak mampu berkata apa-apa. Kelihatannya pria muda rupawan di hadapannya ini memang tak bermaksud buruk. Wajahnya hampir seperti memelas, putus asa.
"Tetap saja, aku belum bisa, Tuan Orion. Aku turut prihatin dengan masalahmu. Kau seorang putra yang berbakti. Hanya saja..."