Semua yang Orion rencanakan berjalan cukup lancar. Tak lama setelah puas menikmati anggur pemberiannya, Lady Rosemary tampaknya benar-benar mabuk. Ia asyik bicara mengenai apa saja, tak henti-hentinya menyerocos dengan pipi merona merah dan napas beraroma alkohol. Sesekali tertawa lepas sambil menyentuh tubuh Orion di mana saja sesuka hatinya, wanita cantik yang biasanya tampil elegan itu kini berbalik liar. Orion sebetulnya enggan menerima belaian istrinya, namun keyakinannya bahwa Rose takkan lebih lama sadarkan diri membuatnya sabar menunggu.
"Lakukan itu sekarang juga, Orion, my handsome prince, cepatlah, please, I just can't wait any longer..." Rose segera menarik kedua tangan Orion ke sana, "Come on, Orion, be my baby, come on, don't be shy!"
"Sabar, sedikit lagi, Sayang, ini sangat mengasyikkan." Orion berpura-pura menikmati. Yes, she's not bad. Indeed, a rare, beautiful private view any hungry men would liked to feast their eyes on. But for me, she's still nothing but a piece of nicely matured eye candy!
"Uh, ayo, I'm ready, kau tunggu apa lagi? Hei, apa yang terjadi? O-o-orion?" Lady Rose memandang Orion di hadapannya seakan membelah diri, kembali menyatu, lalu menjadi dua lagi. Kepala cantiknya terasa berputar-putar. Tak lama, ia jatuh tergeletak di atas ranjangnya sendiri.
Orion segera menyelimutinya, tak mau berlama-lama berada di sana walau pemandangan indah itu tentulah sayang untuk dilewatkan. "Night, Rose. Have a good lovemaking with my image in your sweet dreams!"
Sekarang lebih baik aku kembali ke kamarku saja. Mungkin besok Rose akan marah besar kepadaku, biarlah. Hmm, Maharani Cempaka. Mengapa sejak kehadirannya, aku kerap memikirkan gadis eksotis itu? Aku yakin, ia takkan menerima permintaan gilaku semudah ini. Keteguhan hatinya malah membuatku tambah penasaran. Bukan masalah penaklukan. Ia tak mudah dimiliki, sosok wanita yang istimewa. Ya, aku harus bisa mengenalnya lebih dalam lagi. Aku tak tahu mengapa diriku jadi begini. Untuk memperoleh jawaban, akan kulakukan apapun, Rani. Jangan kemana-mana dulu. Tunggulah aku!
***
Pagi-pagi sekali, Maharani terjaga dan menemukan hal yang berbeda pada pagi hari keduanya di kediaman Delucas.
"Selamat pagi. Hari ini tak ada jadwal Anda mengajar Leon dan Grace, Nona Cempaka. Jadi, Anda bebas beraktivitas di dalam kompleks atau mengikuti rombongan staf yang akan berekreasi ke Chestertown. Kami di sini menyebutnya go downtown, Anda mau ikut serta?" Demikian Henry Westwood, kepala pelayan main mansion, memberi informasi.
"Oh, terima kasih, Tuan Westwood. Aku tertarik sekali. Sungguh sebuah kesempatan yang baik untukku mengenal kota kecil yang dingin dan indah ini!"
"Your welcome, Milady! Please have a nice breakfast first in our employees' kitchen. This way! Enjoy your leisure time!"
Usai sarapan di 'dapur umum' bersama belasan staf mansion dan guru-guru privat Leon-Grace lainnya yang baru ia kenal hari ini, Maharani bersiap-siap menaiki bus mini khusus pegawai yang sudah dipersiapkan untuk jalan-jalan bersama. Cuaca pagi hari itu cerah, sangat cocok untuk pelesiran di kota yang belum pernah Rani kunjungi.
Ide bagus, jadi sepanjang hari ini aku bisa lepas sejenak dari keluarga Delucas dan tentunya Orion...
Baru saja terpikirkan nama pemuda yang menghantuinya itu, lagi-lagi pemilik suara yang diam-diam Rani hindari malah menyapa.
"Mau ke mana? Kau ikut denganku, Nona Cempaka. Silakan naik ke atas sedanku!"
(bersambung)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H