Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 6)

3 Februari 2023   12:00 Diperbarui: 3 Februari 2023   12:15 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dokumentasi pribadi

"A-a-apa yang Tuan Orion, eh, kamu katakan kepadaku?" Maharani memastikan bahwa ia tidak salah dengar. Ajakan Orion Delucas itu membuatnya gugup, terlebih karena tidak ada orang lain di lobi itu.


"Aku tidak main-main, jalan setapak menuju paviliunmu cukup jauh dari mansion ini, perlu waktu minimal sepuluh menit untuk mencapainya, apalagi udara sangat dingin dan hujan mulai deras. Terima saja tawaranku."


"Ta-ta-pi nanti Lady Rose Delucas tidak akan senang apabila..."


Orion mendekat, sepertinya tubuhnya yang tinggi akan merapat lebih dekat apabila Rani tidak mundur selangkah karena masih merasa begitu segan.


"Istriku, uh, mengapa aku sebut begitu walau memang kenyataannya, tak akan bisa membantah karena ini memang darurat! Tenang saja, yang penting malam ini kau sehat dan siap mengajar besok dalam kondisi prima! Mari, ikuti aku dan segeralah beristirahat. Di dalam lemari kamar tamu nanti ada banyak gaun tidur bersih dan baru khusus untuk tamu, kau bisa memilih dan mengenakannya!"
Orion mengatakannya dengan santai seolah-olah sudah kenal cukup lama dengan Rani. Pemuda itu sesekali masih melirik koridor menuju ruangan-ruangan lain, seolah-olah bersikap waspada jika istrinya tiba-tiba muncul. Lalu ia mengajak Rani ke salah satu kamar tamu yang tak jauh dari ruang utama.


Di dalamnya cukup besar, bersih dan nyaman. Orion mengucapkan selamat malam, dibalas Rani dengan terima kasih dan selamat malam juga.


Jantung gadis itu masih berdebar-debar saat memikirkan pemuda yang belum dua puluh empat jam ia kenal.


Astaga, mengapa aku merasa aneh begini? Tidak, tidak, tidak. Ia memang menarik, tampan, penuh karisma. Namun ia suami Lady Rosemary, majikan baruku! Tentu saja tidak boleh, karena statusnya suami seseorang!


Rani segera membuka gaunnya. Dipilihnya satu gaun tidur sutra putih yang halus dan nyaman.
Di depan cermin rias sempat ditatapnya wajah dan tubuhnya sendiri. Tubuhnya langsing dan cenderung mungil dengan tinggi hanya sebahu Orion Delucas. Uh, lagi-lagi Orion. Mengapa pemuda itu selalu hadir dalam imajinasinya?


Maharani belum pernah memiliki kekasih. Di Evernesia, beberapa kali teman sekolah dan kuliahnya mengajak kencan. Namun Rani tak ingin, padahal mereka juga tampan menawan. Beberapa berdarah asli Evernesia, bahkan ada juga yang berdarah Everiental, berpenampilan mirip artis-artis Khoreya. Sayangnya Rani tak tertarik.


Pertemuannya dengan Orion belum lama ini menyentakkannya pada kenyataan jika ia sudah berusia lebih dari cukup untuk memiliki kekasih. Bahkan lebih dari itu, sedari awal bertemu telah dirasakannya sesuatu yang berbeda!


I really want him. Astaga, mengapa aku seliar ini?


Malam pertama di kediaman Delucas, Rani jatuh tertidur di atas ranjang tamu yang besar dan empuk. Tidurnya dalam dan nyenyak, terbuai selimut wol berlapis sutra halus, bantal guling berisi bulu angsa dan seprai jacquard berkualitas tinggi yang sangat lembut.
Tiba-tiba saja ia kembali berada di Evernesia, tepatnya di kost murahnya di Viabata, di sebuah gang sempit.


"Mengapa aku tetiba kembali kemari? Bukankah aku sudah beberapa bulan pergi ke Everopa?" heran Rani.


"Tolong, tolong, tolong! Ada mayat hidup! Kaburrr!" jerit beberapa orang sambil berlari-lari di depan gang.


"Ada apa ini?"


Rasa panik mulai menghantuinya. Rani membuka jendela kamar kost yang pengap sempit. Ia terhenyak. Di gang sempit yang sehari-hari ia lalui dan selalu ramai tetapi selalu aman-aman saja, tengah malam buta itu kelihatannya sangat jauh dari normal!
Suasana sangat kacau. Beberapa rumah tetangga tampak terbakar hebat. Orang-orang hilir mudik dalam keadaan panik, berusaha menyelamatkan diri dan membawa aneka barang penting yang tak jelas. Beberapa ibu menggendong dan menggandeng anak-anak mereka yang menangis. Para bapak-bapak berusaha melindungi keluarga mereka dari sesuatu di ujung gang sana. Rani keluar dari kost dan bertanya kepada tetangga-tetangga yang sedang terburu-buru mempersiapkan koper-koper dan mengunci rumah mereka.


"Neng Rani, mengapa tidak buru-buru ngungsi? Ayo cepat, keluar dari sini sebelum terlambat! Barikade di ujung gang ini takkan bisa tahan lama menahan mereka!"


"Mereka siapa, Pak, Bu?" bingung Rani.


"Neng Rani tahu zombie? Ya, mereka sekarang betul-betul ada! Ayo, kita segera ngungsi! Kota Viabata akan segera jatuh, sama seperti kota-kota besar di Everopa itu! Ayo, Neng! Bawa barang-barang penting saja, surat-surat, dompet, telepon genggam, walau listrik sudah mulai dipadamkan pemerintah!"


Tetangga itu tak ingin bicara lebih banyak lagi maupun menunggu Rani. Mereka segera pergi.


A-a-apa yang sebenarnya terjadi? 
Rani masih tak percaya semua itu berjalan keluar, menembus arus kerumunan yang berdesakan menjauh dari sesuatu. Ujung gang semakin dekat.


Di sana banyak sekali pagar kawat berduri tinggi, ban-ban bekas sedang terbakar hebat, bau sangit karet memenuhi udara. Terdengar beberapa raungan aneh dari kejauhan, semakin mendekat. Rani masih belum begitu percaya, "Ini pasti hanya mimpi!"


Sosok-sosok yang dibicarakan para tetangga itu semakin dekat. Mereka seperti manusia, namun melangkah pelan sekali, beberapa di antaranya terseok-seok. Mereka mengeluarkan semacam raungan aneh yang mendirikan bulu roma.


Manusia-manusia yang tak lagi bernyawa, dalam aneka jenis kelamin, usia dan luka. Semua memandang hampa, namun sepertinya sadar ada manusia yang masih hidup di depan sana.


"Astaga. Jadi semua itu benar?"


Beberapa berusaha menembus barikade sederhana yang tadi didirikan para penghuni gang! Mereka tak peduli pada duri-duri besi yang mencabik-cabik daging maupun nyala api yang membakar pakaian dan kulit mereka.
Mereka hanya ingin mencapai Rani!


"TIDAAAK!"


Seketika Rani terbangun dengan keringat dingin menganak sungai di sekujur tubuhnya.
"Astaga, aku masih di mansion Delucas, dan itu semua hanya mimpi!"


Rani memastikan jika ia memang tak berada di Evernesia. Itu semua hanya mimpi buruk, ya, efek kelelahan setelah perjalanan panjang seharian.


Ia keluar dari kamar, hanya mengenakan gaun tidur saja. Lorong-lorong main mansion lebih gelap dari biasanya, keluarga itu pasti sudah beristirahat di kamar mereka masing-masing. Dalam rasa penasarannya, Rani melangkah menjelajahi koridor panjang itu sesuka hati, ke mana ia ingin melangkah.


Ia naik ke lantai dua melalui tangga besar berkarpet tebal, menuju koridor yang tampaknya menuju ruang-ruang tidur utama. Salah satu pintu kamar tidur yang tidak tertutup sempurna menarik perhatiannya.


Ia mendekat, mengendap-endap dalam rasa penasaran. Terdengar olehnya beberapa erangan sepasang manusa.
Astaga, apakah itu... Suara-suara keduanya Rani sangat kenal, tuan rumah dan nyonya rumahnya.
Suara dua manusia yang sedang bercumbu mesra. Suara wanita lebih mendominasi, sedikit berisik. Suara pria hanya terdengar sesekali.


Orion... Rani tak pernah merasa begitu malu. Ia tahu, mereka berdua memang pengantin baru dan sangat wajar jika pada jam-jam seperti ini melakukan hal yang biasa terjadi di ranjang. Namun ia begitu penasaran, sehingga diberanikannya dirinya untuk mengintip melalui pintu yang setengah terbuka itu! Suasana temaram, namun cukup untuk menyuguhkan pemandangan yang tak terduga.


Uh, kira-kira apa yang mereka sedang lakukan?

(bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun