Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 5)

3 Februari 2023   10:08 Diperbarui: 3 Februari 2023   10:23 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dokumentasi pribadi

"Oh, ha-ha-hai, selamat malam, Tuan Delucas," Maharani tergagap menyadari sosok yang tetiba hadir di belakangnya dan kini berdampingan dengannya. Pemuda Everopa itu mengenakan stelan jas semi formal yang tampak elegan namun nyaman dikenakan. Sangat pantas di tubuhnya yang langsing, tinggi, ideal dan atletis.  Rambutnya cokelat sedikit gondrong hampir menyentuh bahu. Maharani tampak agak mungil di sisinya. Pemuda itu bertumpu pada pagar beranda, menatap lawan bicaranya dengan pandangan hangat. Tidak terkesan genit apalagi penuh nafsu, hanya ramah atau bersahabat. Atau mungkin lebih dari itu? Demikian sempat terlintas di benak Maharani.

"Akhirnya kita bisa bertemu berdua saja, Nona Maharani. Jangan memanggilku Tuan Delucas. Sebenarnya aku bukan tuan besar dalam keluarga ini. Panggil saja aku dengan nama kecilku, Orion."

Suara pemuda itu begitu merdu didengar, senyumnya juga begitu manis, bibir lembut berpadu deretan gigi putih bersih terawat. Hidungnya mancung, matanya sedikit sipit dengan bola mata berwarna cokelat dan alis tebal lurus panjang. Maharani merona, ia tak pernah memperhatikan wajah lawan jenis sedetail ini. Buru-buru memalingkan wajah, kembali menatap pemandangan malam yang indah.

"Oh, baiklah, Orion. Maaf, aku belum terbiasa. Aku diajar keluarga besarku untuk selalu hormat kepada orang lain, terutama atasan atau majikanku, seperti Anda. Aku juga, Anda bisa memanggilku Rani."

Orion seperti ingin tertawa dan mengatakan sesuatu kepada gadis itu, namun dengan susah payah akhirnya berhasil menahannya, "Uh, baiklah, Rani, nama yang sangat indah, aku sangat mengagumi ketulusan Anda. Kudengar keluarga Bangsa Evernesia sangat meninggikan adat sopan santun, ramah tamah, bekerja sama dan toleransi, bukankah begitu?"

"Ya, betul sekali. Oh, Anda sebaiknya tidak berdua saja denganku, Istri Anda dan anak-anak, uh, tiri Anda nanti mencari," Maharani bertambah sungkan, merasa pipinya bertambah panas saat mata pemuda itu menjelajahi wajahnya.

"Biarkan saja perempuan tua itu! Aku sesungguhnya bukan suaminya!"

Ehhh? Maharani terbengong, tak percaya pada apa yang baru saja Orion ucapkan dalam nada berbeda itu.

"Excuse me, apa maksud Anda?"

"Maksudku, Lady Rosemary dan aku memang baru saja menikah, namun sesungguhnya bukan karena cinta. Sebenarnya, karena ibuku..."

Orion baru saja hendak mengatakan sesuatu saat Leon dan Grace bersama-sama muncul di pintu beranda, "Kalian berdua sama-sama sedang mencari udara segar? Ayo kita berkumpul lagi di ruang keluarga dan menonton televisi! Sedang ada berita besar yang perlu kalian tonton!" ujar si kakak, disambung adiknya, "Kami tahu ini sepertinya konyol, tapi sangat menarik!"

Maharani merasa sedikit kecewa karena percakapan Orion tadi belum lagi usai, namun pemuda itu tersenyum sekali lagi dan berkata, "Nanti kulanjutkan lagi ceritanya, mari kita masuk dulu ke dalam bersama, uh, Anak-anak!"

Mereka berempat masuk bersama-sama, bergabung dengan Lady Rosemary yang sedang berkonsentrasi menonton televisi layar lebar.

"Astaga. Aku benci sekali membayangkannya, namun kuharap papa kalian berdua bersama selingkuhannya sedang tak berada di Everance saat ini! Negara tetangga kita, sesama Everopa!" Lady Rose tampak tegang menyaksikan breaking news yang sedang disiarkan oleh jaringan berita internasional EverTV.

"Jenis virus baru, Everance segera melakukan lockdown di ibukota Pharez sesegera mungkin!" Leon membaca banner yang berseliweran di bagian bawah layar, "Sepertinya keren!"

"Apanya yang keren, virus itu sangat berbahaya, tahu!" Omel Grace kepada kakaknya yang suka menganggap enteng segala sesuatu yang ia tonton.

"Seperti di film-film zombie, serial yang kita sering tonton di FlixNet. Kedengarannya hebat, pasti nanti akan jatuh korban, banyak yang mati! Hahahahaha!" Leon melanjutkan candanya yang saat ini memang terdengar sama sekali tidak lucu!

"Dengar, Anak-anak..." Orion malah lebih serius menyimak, "Beberapa korban di Pharez, Everance, pada awalnya hanya diletakkan di ruang jenazah rumah sakit. Namun semuanya menghilang secara tiba-tiba..." diulanginya kalimat reporter yang belum lama diucapkan namun terlewat oleh mereka semua gegara canda Leon.

"Tak lama kemudian di kompleks rumah sakit jatuh beberapa korban lain dengan ciri penyakit yang sama disertai beberapa gigitan ringan. Mereka segera diisolasi, lalu kembali tak dapat diselamatkan! Akhirnya rumah sakit tersebut berubah menjadi neraka hidup! Pihak yang berwajib memutuskan untuk mengurung semua yang berada di dalam rumah sakit, mencegah semua orang yang masih berada di dalamnya untuk keluar!" Demikian reporter di TV melaporkan dengan nada cemas.

"Astaga, jadi ini semua kenyataan?" Maharani teringat pada sebuah pandemi virus yang belum lama merebak selama bertahun-tahun hingga memakan banyak korban jiwa. Walau terjadi pada masa remajanya di Viabata, Rani takkan bisa melupakan masa-masa itu. Saat seluruh keluarganya harus bekerja dari rumah, belajar online, mengenakan masker, hingga melakukan vaksinasi. Sayangnya sebagian besar penduduk Evernesia pada awalnya menganggap remeh, sehingga sempat jatuh ratusan ribu korban jiwa.

Orion sepertinya menangkap ekspresi cemas Maharani, "Aku tahu apa yang Anda bayangkan, Rani! Sama seperti pandemi beberapa tahun yang lalu ya? Everopa yang bersih dan penduduknya cenderung taat protokol kesehatan saja masih bisa terkena dengan hebatnya. Kita berdoa saja mudah-mudahan apa yang terjadi di Pharez tidak sampai ke kota kecil Chestertown ini!" 

Orion hanya berbicara ke Rani dalam rangka menenangkannya, namun segera Lady Rose menatap suami barunya itu dengan mata biru tajamnya. "Orion, kau ajak saja Leon dan Grace kembali ke kamar masing-masing. Dan kau juga, Nona Maharani Cempaka, bukankah besok pagi kau harus mulai mengajar anak-anak? Lebih baik kau segera kembali ke paviliunmu dan beristirahat. Kau pasti sangat lelah setelah perjalanan panjang dengan bus dari Everlondon seharian."

Rani merasa benar jika itu adalah cara halus Lady Rose untuk mengusirnya, maka ia hanya bisa menurut, "Baiklah, Lady Rose, selamat malam! Terima kasih atas jamuan makan malam dan acara keluarga yang menyenangkan!"

Wajah Lady Rose tampak jauh lebih senang saat Orion berlalu bersama kedua anaknya. Malas berlama-lama bersama wanita yang belum terlalu akrab dengannya itu, Maharani segera pamit, berjalan menuju pintu keluar utama mansion untuk kembali ke paviliunnya sendiri. Namun baru saja ia membuka pintu ganda dan melihat keluar, cuaca hujan menghentikan langkahnya.

"Astaga, sudah dingin, turun hujan. Aku tak mungkin kembali ke paviliun tanpa membasahi gaunku. Kurasa aku memerlukan sebuah payung," Maharani berbalik, hendak menuju ke sudut, di mana ada sebuah tiang besi gantungan di mana payung-payung dan jaket hujan tersedia.

"Tidak perlu, Rani!"

Suara maskulin itu lagi-lagi membuat Maharani berhenti dan menoleh.

"Anda, uh, maksudku, kamu, bisa tinggal di ruang tamu saja malam ini. Hujan di Chestertown halus-halus namun cukup deras. Daripada besok kamu jatuh sakit dan tak bisa mengajar anak-anak, lebih baik tinggal di sini untuk malam ini saja!"

"O-o-orion?"

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun