Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kopi, Kamu, Kita (3 Dari 3)

2 Februari 2023   08:06 Diperbarui: 2 Februari 2023   16:20 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Bagian 3 dari 3)

Siang hari berikutnya pada jam kuliah kosong aku iseng bertandang ke Coupee untuk memberi Rey kejutan. Tapi sebelum aku sampai di depan pintu depan ganda, benda itu terbuka dari dalam. Seseorang di sana berpamitan dengan pemuda yang kucari. Buru-buru aku ngumpet di balik pohon besar tepi jalan terdekat.

"Jangan lupa ya Rey, ayahmu menunggu kehadiranmu di kantor besok, mwah, mwah!"

"Baiklah, aku akan datang. Selamat jalan, hati-hati, Xiao Jie!" terdengar suara Rey, nadanya ramah seperti biasanya. Atau malah lebih dari itu?

 

Xiao Jie masuk ke sedan mewahnya yang terparkir persis depan Coupee. Tampil OOTD dengan sepatu high heels, rok mini plus tank top merah sambil pamer kulit putih mulus bebas bulu, sepertinya ia pernah kulihat entah di mana. Selebgram, tiktoker, sosialita, atau anak bos besar siapa ya? Huh, intinya siapa 'sih gerangan cewek cantik berpoles kosmetik yang kelihatannya bukan pengunjung biasa-biasa itu? Kelihatannya teman wanita Rey bukan cuma aku. Maklum 'sih, barista semenarik itu pasti dikagumi banyak pengunjung. Mungkin saja yang barusan malah lebih spesial dari itu. Cantik, langsing, tinggi semampai bak artis-artis Korea, aku serasa mental seketika, dibanting keras-keras ke bumi. Belum lagi perpisahan mwah-mwah-nya itu. Walaupun cuma air kiss, aku kok cemburu? Gara-gara kehadiran gadis itu merusak mood-ku, urunglah niatku menyambangi Rey. Aku auto pamit undur diri seperti burung unta masukin kepalanya ke tanah. Besok saja, ah.

***

Keesokan harinya aku sudah gak bisa menahan rasa penasaran lebih lama lagi. Ingin segera tahu siapa gadis kemarin itu, kudatangi lagi Coupee tanpa kabar.

Sayang, Rey sedang tak ada. Tonny, rekan pria se-kost bilang jika Rey hari ini tidak bertugas, sedang ikut sebuah meeting.

"Meeting?" keningku berkerut, "Hebat betul! Belum 3 bulan sudah dapat promosi naik jabatan, ya?"

"Rey memang kasus istimewa. Bukan cuma hebat, cepat atau lambat dia bakal jadi bosku. Ups, aduh, gawat, keceplosan!"

"Istimewa? A-a-apa maksudmu, Ton?"

"Baiklah. Terpaksa saya kisahkan. Duh, maafkan jika saya terpaksa ngebocorin, semoga beliau tidak marah. Tuan Rey sebenarnya calon pemilik Coupee di masa depan. Tadinya beliau malas ikutan, tapi Tuan Satya Darmawan memaksa, jika ingin terus bekerja di sini, sesekali putra tunggalnya harus hadir juga di rapat demi formalitas dan sebagai contoh kepatuhan!"

A,a, apaaa? "Jadi, dia... betul-betul anak pengusaha Satya Darmawan, pemilik usaha Kafe Coupee?"

"Nona Joy betul. Bahkan ia sengaja tinggal di kost-an kami selama magang karena ia yang atur. Tuan Muda Reinhard Darmawan menyuruh kami untuk berdiam diri saja selama beliau bekerja di sini. Jadi beliau benar-benar tak ingin diganggu Sang Ayah, ingin fokus belajar dari awal. Selepas mengikuti kursus pembuatan kopi, beliau terjun langsung sebagai pegawai paling rendah, seorang barista. Beliau merasa belum siap membantu Tuan Besar di kantor pusat, jadi..."

"Lalu siapa gadis cantik yang kemarin muncul di sini pada jam segini?" mumpung Tonny sedang sendirian, kuputuskan untuk jadi Detektif Conan versi wanita dadakan.

"Oh, maksud Anda pasti Nona Xiao Jie. Putri tunggal supplier besar biji kopi Coupee. Konon Xiao Jie ditunangkan dengan Rey untuk memperluas hubungan bisnis Bos Satya dengan ayahnya."

***

Keesokan harinya sore-sore selepas kuliah aku kembali ke Coupee. Kali ini tidak dengan penuh kerinduan atau rasa gemas pada sosok Rey, melainkan rasa kesal karena...

"Jadi, semuanya benar, Rey? Kau adalah Reinhard Darmawan putra pemilik Coupee?" kesalku, "Selama ini kukira kau hanya seorang pemuda kost-an sederhana yang miskin dan baik hati! Lalu, siapa pula cewek bernama Xiao Jie? Ternyata kau sudah bertunangan, ya? Kukira kau masih sendiri..." labrakku seperti singa menyerbu mangsa.

Wajah tampan Rey menegang. "Hei, tunggu dulu, Joy! Kau sudah tahu? Aku tak bermaksud terus menyembunyikan identitasku darimu, juga soal pertunangan itu! Aku hanya belum sempat jujur, aku bisa menjelaskan semuanya!"

"Tonny di kafe sudah buka suara kemarin! Jadi kau benar-benar putra tunggal owner Kafe Coupee? Mengapa bisa-bisanya nyamar jadi barista? Apa kau sengaja melakukan itu hanya demi berkenalan denganku atau mengambil hati semua gadis yang kau inginkan? Pura-pura miskin, cari perhatian dan berteman denganku padahal kau sesungguhnya orang berada, gak level denganku? Memanfaatkan rasa kagum dan simpati seorang cewek random dan kesepian sepertiku?"

"Bukan begitu, Joy! Aku hanya tak ingin begitu saja menerima jabatan tinggi dari ayahku tanpa pengalaman! Aku bukan tipe pria anak papi! Aku ingin mencoba sendiri dari bawah, mengalami bagaimana rasanya melayani. Bagiku, kopi bukan hanya masalah rasa. Kopi adalah secangkir karya seni, sebuah dedikasi rasa yang diimplementasikan penyajinya ke dalam setiap cangkir atau gelas. Bukan hanya tersaring murni, juga harus mengendap hingga dasar hati. Jika aku langsung jadi bos, aku hanya akan berjas rapi, duduk manis di depan meja rapat, dipandang puluhan mata karyawan setiap hari. Tandatangan dokumen, pelototin komputer, mengawasi kinerja pegawai di kantor. Takkan pernah bisa terjun langsung merasakan betapa sulitnya mengolah secangkir minuman rakyat ini, berkesempatan mempelajari apapun yang sekarang kuketahui... Aku juga takkan pernah jumpa hingga bisa kenalan denganmu, Nona Peminum Kopi! Dan soal Xiao Jie, kami teman biasa, aku sebenarnya belum setuju jika ia ditunangkan denganku! Aku sedang berusaha keras menjauhinya, membatalkan rencana para orang tua kami!"

"Tapi kemarin ia datang kemari, bukan? Aku tahu karena aku melihat sendiri. Kau benar, Tuan Pecinta Kopi, aku hanya Nona Peminum Kopi, bukan dari sosialita alias Klub Nona-nona Pecinta Kopi seperti Nona Xiao Jie itu! Mungkin aku Si Anak Bebek Jelek hanya ngimpi jika mau mengenalmu lebih baik lagi, Tuan Muda Reinhard! Selamat tinggal dan terima kasih banyak untuk pertemanan kita yang singkat ini!"

"Joy, maaf, aku..."

Akan tetapi air mataku tak tertahan lagi.  Ia memang bukan tipeku dan aku jelas bukan tipenya! Tiba-tiba saja aku berlari keluar dari kafe. Di luar hujan sedang turun deras. Aku tak peduli meski lupa membawa payung. Berlari menembus guyuran air dari langit, hampir saja tertabrak kendaraan-kendaraan lewat. Tak kuhiraukan caci-maki dan klakson berisik para pengemudi yang kesal itu.

Setelah merasa cukup jauh dari Coupee, aku berlindung di sebuah halte bus sepi. Sempat mengira jika Rey takkan menyusulku, ternyata...

"Reinhard!"

"Joy, ternyata kau di sini..." Rey datang dengan napas terengah-engah, masih bercelemek barista, memegang sebuah payung besar. Ia kelihatan cemas melihatku menggigil di pojok halte bagai kucing liar kedinginan, lepek basah kuyup habis diguyur gara-gara nyuri ikan asin di warteg. Atau malah mungkin seperti singa kecebur got!

Pasti aku terlihat sangat konyol bin memalukan. Kubuang pandangku sambil bicara ketus sekasarnya, berharap agar ia marah padaku lalu cepat-cepat angkat kaki. "Mengapa menyusulku, Reinhard? Pergi sana, aku hanya cewek pinggiran kelas kopi saset! Jika aku lebih lama lagi bergaul denganmu, bisa-bisa aku akan betulan jatuh cinta padamu dan..."

"Bagaimana jika itu semua betul, kita memang dalam waktu sesingkat ini sudah saling suka... bagaimana jika aku sesungguhnya telah lancang, jatuh cinta padamu?"

Ucapannya itu membuatku berpaling dan menggeleng, "A-a-apaaa? Kok bisa? Apa 'sih yang menarik dariku? Aku 'kan tidak cantik, tak selevel denganmu!  Kau lebih cocok berpasangan dengan Xiao Jie, sama-sama sosialita. Kau pasti hanya bercanda untuk menghibur hatiku, bukan?"

Rey mendekat. Tak dipedulikannya jaketku yang basah kuyup. Ia berusaha mendekapku seakan-akan perbuatan itu bisa menghangatkanku. "Aku tak peduli kau cewek kelas kopi saset atau cewek kopi permen sekalipun! Aku sangat mencemaskanmu. Aku tak bisa berhenti memikirkanmu, Joy. Aku semakin senang dan bersemangat dalam bekerja sejak bertemu denganmu. Karena berdebat denganmu, aku semakin mengerti jika kopi, berapapun harganya dan bagaimanapun wujudnya, tetap akan dinikmati semua kalangan. Cinta mungkin tak hanya cinta, tetapi kopi adalah kopi! Dan aku mulai suka kamu seperti suka pada kopi... Bisakah kau belajar membuat kopi... uh, maksudku, mulai suka padaku, sedikit demi sedikit saja?"

"Suka?" Kudorong dadanya sekuat yang kubisa. "Uh, menjauhlah dariku, Rey! Aku, aku... belum tahu akan jadi seperti apa hubungan ini. Jangan aduk-aduk hatiku seperti kau aduk kopi-kopi racikan ala kafe ayahmu. Aku sedang pusing, benar-benar pusing!"

"Benarkah kau tak peduli padaku, Joy? Tidakkah kau rindu padaku? Tidakkah kau bisa memaklumi dan memaafkanku, lalu kita coba ngopi dari awal lagi? Bisakah kau bantu aku lepas dari usaha pendekatan keluargaku dengan keluarga Xiao Jie?"

"Ke-ge-eran kamu, Rey! Kau pikir aku mau jadi antek-antekmu agar bisa lepas dari usaha pertunangan kalian? Kau memanfaatkanku! Aku benci kamu! Aku..."

"Aku gak yakin, Joy. Aku tahu kita sama-sama suka kopi. Jawablah aku, Joy. Maukah kau menerimaku? Bukan sebagai Reinhard Darmawan... hanya sebagai Barista Rey saja? Apapun, berteman dulu juga boleh. Asal kau mau memaafkanku!"

Aku kehabisan kata-kata, tak tahu bagaimana perasaanku saat itu. Dalam hujan, kutinggalkan Sang Pecinta Kopi itu, berlari pulang secepatnya. Betulkah Rey mencintaiku, mengapa? Dan apakah aku sebenarnya sudah mencintainya juga? Tidakkah itu seperti pungguk merindukan bulan? Bayangkan, seorang putra pengusaha besar! Belum tentu ayahnya akan setuju, apalagi sudah ada Si Cantik Xiao Jie sebagai calon istri, belum tentu hubungan kami juga akan mulus, belum tentu...

Beberapa hari berlalu sejak kejadian itu. Aku belum lagi singgah ke Kafe Coupee. Aku tahu, Rey masih ada di sana menunggu jawabanku. Apa yang harus kulakukan? Rasanya gengsi banget jika aku tiba-tiba muncul seperti balon karet tipis penuh berisi air dan meletuskan seliter air mata di hadapannya.

Baiklah, keputusan sudah kuambil. Jadi inilah yang akan kulakukan...

***

"Hei, Nona Peminum Kopi!"

"Tuan Pecinta Kopi, aku datang lagi..."

"Jadi?"

"Jadi."

"Kopi?"

"Kamu..."

"Kita?"

Aku tersenyum.

*** Tamat ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun