(Bagian 3 dari 3)
Siang hari berikutnya pada jam kuliah kosong aku iseng bertandang ke Coupee untuk memberi Rey kejutan. Tapi sebelum aku sampai di depan pintu depan ganda, benda itu terbuka dari dalam. Seseorang di sana berpamitan dengan pemuda yang kucari. Buru-buru aku ngumpet di balik pohon besar tepi jalan terdekat.
"Jangan lupa ya Rey, ayahmu menunggu kehadiranmu di kantor besok, mwah, mwah!"
"Baiklah, aku akan datang. Selamat jalan, hati-hati, Xiao Jie!" terdengar suara Rey, nadanya ramah seperti biasanya. Atau malah lebih dari itu?
Â
Xiao Jie masuk ke sedan mewahnya yang terparkir persis depan Coupee. Tampil OOTD dengan sepatu high heels, rok mini plus tank top merah sambil pamer kulit putih mulus bebas bulu, sepertinya ia pernah kulihat entah di mana. Selebgram, tiktoker, sosialita, atau anak bos besar siapa ya? Huh, intinya siapa 'sih gerangan cewek cantik berpoles kosmetik yang kelihatannya bukan pengunjung biasa-biasa itu? Kelihatannya teman wanita Rey bukan cuma aku. Maklum 'sih, barista semenarik itu pasti dikagumi banyak pengunjung. Mungkin saja yang barusan malah lebih spesial dari itu. Cantik, langsing, tinggi semampai bak artis-artis Korea, aku serasa mental seketika, dibanting keras-keras ke bumi. Belum lagi perpisahan mwah-mwah-nya itu. Walaupun cuma air kiss, aku kok cemburu? Gara-gara kehadiran gadis itu merusak mood-ku, urunglah niatku menyambangi Rey. Aku auto pamit undur diri seperti burung unta masukin kepalanya ke tanah. Besok saja, ah.
***
Keesokan harinya aku sudah gak bisa menahan rasa penasaran lebih lama lagi. Ingin segera tahu siapa gadis kemarin itu, kudatangi lagi Coupee tanpa kabar.
Sayang, Rey sedang tak ada. Tonny, rekan pria se-kost bilang jika Rey hari ini tidak bertugas, sedang ikut sebuah meeting.
"Meeting?" keningku berkerut, "Hebat betul! Belum 3 bulan sudah dapat promosi naik jabatan, ya?"