Walaupun inovasi ChatGPT dan juga aneka AI lainnya seperti rangkaian tugas, gambar, foto, program dan lain-lain mungkin sudah mulai bisa dilakukan oleh kecerdasan buatan hanya lewat serangkaian kata-kata, sebenarnya masih sangat jauh dari kata 'akan terjadi PHK massal akibat bisa digantikannya tenaga manusia dengan teknologi'.
Bertolak belakang dengan kecemasan para ahli di Google dan sebagainya yang barangkali merasa terancam dengan adanya ChatGPT, kita di Indonesia sebenarnya tak perlu ketar-ketir, keder dan baper dahulu.
Mengapa?
1. Meskipun kelihatannya bisa saja dan mungkin saja tenaga manusia mulai digantikan dengan robot, AI dan semacamnya, sebenarnya masih sangat banyak bidang yang takkan/belum pernah bisa digantikan sepenuhnya oleh kecerdasan buatan.
Humaniora. Seni (lukis, patung, fotografi), desain, musik, menulis dan lain sebagainya. Karena mesin dan komputerisasi pada umumnya berbasis logika dan digital, mungkin saja bisa 'dilatih untuk meniru karya manusia'. Akan tetapi, apakah bisa menyamai talenta alaminya seorang manusia? Misalnya begini. Lukisan karya manusia mungkin kadang jelek/buruk, masih ada flaw-nya.Â
Namun bukankah di sanalah letak manusiawi karya tangan kita? Apabila dilukis oleh mesin, mungkin bisa jauh lebih sempurna dan indah, akan tetapi tetap saja terasa dingin dan kaku.
Proses - finishing produk mesin dengan tenaga manusia. Apakah masih ada? Banyak! Misalnya di offset printing seperti tempat kerja saya. Walaupun sudah ada mesin-mesin otomatis, tetap saja operatornya (harus) manusia. Mata manusia diperlukan untuk menjaga kualitas warna agar sesuai dengan standar mutu percetakan. Untuk melakukan penyusunan halaman dan gambar-gambar juga masih dibutuhkan sangat banyak tenaga manusia. Apalagi pengepakan yang memerlukan ketelitian penghitungan. Kalaupun kelak bisa digantikan dengan robot, tentunya akan jadi sangat mahal.
2. Untuk bisa masuk ke ranah manusia, kualitas AI tercanggih sekalipun pada masa kini masih sangat jauh dari sempurna. Sebaik-baiknya jawaban ChatGPT, tetap terasa formal dan kaku. Belum bisa memuaskan keingintahuan manusia dan belum bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Serendah-rendahnya/setidak-tidak tahunya manusia, jawabannya akan masih penuh humor dan mungkin (walau tidak tepat) masih terasa sangat alami. "Aku ora mudeng, I dunno, monmuup saiyah enggak tahu," seperti itulah jawaban saya bila sedang kudet.
3. Masih butuh waktu sangat lama hingga teknologi bisa benar-benar wah dan menggantikan pekerjaan manusia yang dilakukan secara manusiawi seperti melakukan pekerjaan rumah tangga, berbelanja memilih daging, sayur dan buah segar, hingga melakukan pengasuhan anak. Jikapun bisa, tentunya belum sempurna.
Baca juga: Angpao Terakhir untuk Mei Ling (1 dari 3)Kesimpulannya, barangkali banyak hal yang sudah bisa dan akan segera digantikan teknologi. Mungkin 'mata' satpam bisa digantikan CCTV, namun 'tenaga' satpam tidak bisa secepat itu digantikan oleh robot-robot dan RoboCop seperti dalam kisah fiksi. Menulis bisa 'dibantu' oleh ChatGPT, namun 'menulis dari hati' tetap harus dilakukan manusia seperti Anda dan saya.