Tulisan selalu kita terakan dengan segenap hati dan makan waktu. Bukan hanya asal jadi saja. Kita menulis ibarat melukis, merangkai bunga, memainkan alat musik. Siapapun menulis rata-rata untuk dibaca orang lain.
 "Tersimpan aneka harapan dan keinginan dalam sebuah tulisan."
Tentunya ingin mendapatkan penghasilan adalah atau bisa jadi salah satu keinginan kita. Akan tetapi keinginan itu terkadang menjadi sesuatu yang berlebihan alias terlalu berambisi.
"Apakah tidak boleh?"
Bukan begitu. Kita memang harus berjuang agar produk kata-kata kita dikenal, jika bisa oleh seluruh Indonesia dan dunia.
Akan tetapi berjuangnya bagaimana dahulu? Apakah dengan saling sikut dan saling tohok dengan penulis lain? Atau dengan berani menorehkan kata-kata sensitif dan atau kata-kata yang mengundang kontroversi? Apakah dengan melakukan ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) atau bahkan tega melakukan plagiasi?
Tentunya tidak, bukan? Saya percaya masih sangat banyak rekan penulis jujur yang tidak berpikir ke arah sana dan masih bisa berubah pikiran, seandainya pernah atau masih terjerumus di dalamnya.
"Jadi, bagaimana kita seyogyanya memandang sebuah tulisan karya kita maupun rekan-rekan kita?"
Tidak seperti produk makanan-minuman, pakaian, kendaraan dan barang fisik apapun pada umumnya, tulisan adalah sebuah produk jasa. Fisiknya adalah buku, namun tidak semua tulisan telah dan bisa dibukukan.
Produk kata-kata kita bukan hanya untuk dijual putus lalu selesai. Bukan hanya menghibur lalu dilupakan. Melainkan akan terus ada dan bisa dibaca siapa saja bahkan setelah kita tiada!