Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengemis Online, Penadahan Tangan Tak Terlihat yang Sering Tak Sengaja Dilakukan!

21 Januari 2023   06:50 Diperbarui: 21 Januari 2023   08:50 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Si nenek yang viral karena mandi lumpur di video live Tiktok dan disawer pemirsa tetap keukeuh tak ingin ditangkap.

"Lebih banyak dapat dengan cara ini, karena capek kerja di sawah. Gapapa, kok, ga sakit, ga capek, ga terpaksa."

Polisi juga tak/belum dapat menangkap benar-benar hingga masuk bui, baik si pelaku perekam atau si nenek, karena memang sesungguhnya belum ada jaring hukumnya.

Apakah mengemis online memang boleh saja dilakukan? Sebenarnya ngemis ya tetap ngemis walau caranya beda.

Ngemis itu minta-minta. Yang namanya minta ya boleh kasih, boleh tidak. Kalo tidak boleh ya namanya maksa atau nodong.

Kita juga tanpa disadari sering melakukan ini.

Misalnya di media sosial sehari-hari kita, kita sering memohon pemirsa atau calon pembaca agar mau like-love-share konten kita atau isi medsos secara roughly said atau lugas ya nyaris sama dengan online begging. Tapi bedanya, lebih terselubung, lebih subtle, lebih tak seperti mengemis online si nenek mandi lumpur. Kadang menyamar jadi promosi. Sulit dibedakan!

Online begging adalah hal yang lumrah. Sudah sejak lama, peminta-minta selalu ada, bahkan dalam kisah-kisah beberapa kitab suci.

Yang kurang atau tidak elok dilakukan adalah:

1. Pemaksaan secara halus atau kasar kepada pemirsa dengan 'ancaman' online yang kadang 'terkesan akan melakukan sesuatu yang negatif.' jika tidak direspons.

"Gak suka, nanti aku hiatus! Gak singgah, awas, nanti aku mundur!"

2. Pencarian simpati dengan merendahkan derajat diri.

"Saiyah orang susah." atau "Saiyah memang gak sekaya Anda." atau "Saiyah hanya remahan rengginang atau peyek kacang!"

3. Pencitraan seolah mengalami hal buruk dan minta agar dimaklumi.

"Saiyah anak yatim-piatu." atau "Saiyah hanya korban keadaan!"

Nah, apabila kita memang membutuhkan, ingin caper tanpa buat baper, apa yang bisa dicoba atau mungkin kita lakukan?

1. Menampilkan saja apapun karya kreasi kita. Biarkan pemirsa dan dunia menilai.

2. Promosi. Caranya? Infokan jelas singkat padat menarik, tanpa embel-embel.

3. Usahakan lakukan yang terbaik. Jika memang baik ya nanti pemirsa atau pembaca akan datang lagi, kok. Tanpa pemaksaan dan penadahan tangan.

Be creative without losing your dignity.

Semoga bermanfaat.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun