Banyak penulis sering banyak alasan jika sudah ingin (atau malas) menulis.
"Nanti ah, malas ah, ribet, rumit!" atau "Ada cuannya gak?","Nanti deh kalo sempet!"
Padahal dengan adanya seribu satu alasan itu, kapan bisa mulai? Banyak orang ingin menuai, tapi malas menanam. Jika memetik, mau ikutan dibagi hasil panen.
1. Alasan jangan sampai jadi penghalang. Meski kita belum terlalu mengerti, dicoba sendiri secara otodidak dan mandiri tak ada salahnya.
2. Alasan mungkin akan selalu ada (satu buku, kata pepatah!), namun itu bukan jadi pembenaran belaka 'untuk malas memulai'.
3. Alasan bisa selalu dicari dan tak akan pernah ada berhentinya datang.
Lalu, balasan apa yang kita harapkan dari menulis? Berikut beberapa balasan yang kita sering inginkan padahal belum tentu membahagiakan.
1. Uang. Memang uang penting dan perlu, namun jangan jadikan sebagai motivasi belaka. Besar, kecil, sedikit, banyak, disyukuri asal didapatkan setelah menuliskan kata-kata yang halal, asli dari diri.
2. Like, love, gift. Memang banyak penulis suka menerima semua itu, namun itu bukan tolak ukur baik tidak, bermutu tidaknya sebuah tulisan.
3. Komentar yes, next, done dan sebagainya. Semua itu kadang malah hanya sekadar basa-basi saja, bukan berarti dipuji, jadi jangan besar kepala dahulu.
Beberapa balasan yang akan jauh lebih membahagiakan (menurut opini saya):
1. Pembaca sehati dan setia. Mereka mungkin hanya atau baru sedikit saja jumlahnya, namun sangat berarti.
2. Kesaksian nyata dari para pembaca yang tergerak hatinya setelah membaca dan merenungkan semua dalam apapun karya literasi kita. Mengubah cara pandangnya, mengetuk pintu hati dan memberinya pengetahuan tanpa menggurui.
3. Penerimaan keluarga dan dukungan penuh atas karya-karya tulis kita.
4. Respek dan hormat dari sesama penulis, tentunya yang betulan penulis dari hati.
5. Last but not least, rasa bangga bisa memanfaatkan bakat yang terpelihara dan akan selalu jadi bara api yang selalu menyala dalam hati.
Semoga bermanfaat.