2. Masih kurangnya rasa empati. Sedikit-sedikit menyerahkan tanggung jawab keluarga kepada pasangan secara tradisional. Istri 'harus' bisa masak dan urus anak (sendiri), suami 'harus' memimpin dan mengambil keputusan (sendiri). Padahal di zaman now, pasangan harus bisa kompak berbagi tugas dan bekerja sama, tak hanya mau dan maju sendiri. Jika yang satu lelah, yang lain harus bisa menggantikan atau mengambil alih dahulu.
3. Tidak adanya rasa persahabatan. Banyak pasangan hanya 'berkasih-kasihan' saja, setelah itu usai. Tidak berani curhat karena 'istriku galak', 'suamiku angker', dan lain sebagainya. Salah besar jika pernikahan bukan sebuah persahabatan hidup, hanya dianggap teman hidup saja. Pertemanan bisa berakhir, persahabatan berlangsung selamanya.
Bukan untuk menakut-nakuti, melainkan mencoba sedikit saja menasihati. Tak apa-apa jika calon pasangan atau pasangan hidup kita tidak sempurna atau belum bisa jadi sempurna. Tak apa-apa jika kalian mulai semua dari nol. Tak usah takut melangkah jika belum bisa disebut couple goals. Asal kalian saling mencintai dengan sepenuh hati, amini, kebahagiaan sejati kelak akan mengikuti.
Stay in love. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H