Kadang kita lupa jika tulisan kita belum diberi hashtag atau tagar (#) atau kadang disebut juga kata kunci atau keyword.
Bukannya memuja tagar, namun fungsi ini sebenarnya bukan hanya printilan, pelengkap atau komplementer. Sangat banyak penulis bahkan penulis femes tidak ngeh dengan gunanya tagar ini. Apa 'sih guna tagar itu?
1. Tagar membantu kita dan tulisan kita agar lebih mudah ditemukan. Dicari di internet, misalnya di Google, jika menonjol di antara sekian hasil pencarian dan berhasil menarik perhatian, kita akan memperoleh klik dan view.
2. Bunyi tagar berbeda-beda sesuai bidang yang kita jalani. Tidak semua tagar populer atau ada di tren berguna untuk kita. Tidak semua top search berguna untuk kita. Tidak perlu menggunakan semua tagar yang terlalu umum. Hasil pencarian yang terlalu banyak malah akan menenggelamkan link atau karya kita.
Contoh: Untuk sebentuk opini kita bisa gunakan kata kunci opini, pendapat, masukan, saran, pengalaman, kisah nyata.
Untuk sebentuk tips kita bisa gunakan kata kunci tips, cara, panduan, bagaimana, how to.
Untuk sebuah novel atau karya fiksi kita bisa gunakan kata kunci must read, recommended, novel bagus, rekomendasi novel, rekomendasi bacaan, cerita bagus, cerita seru.
Untuk sebuah promosi atau peluncuran karya tulis kita bisa gunakan kata kunci baru, promo, gratis, viral, baca gratis.
Untuk sebuah renungan hidup atau pemberi motivasi kita bisa gunakan kata kunci motivasi, inspirasi, ide, renungan, ajakan, nasihat, semangat.
Silakan gunakan yang unik, namun tidak perlu terlalu panjang. Terlalu unik, tidak ada yang kepikiran.
3. Tagar adalah sesuatu yang akan melekat selamanya pada tulisan dan karya, bahkan nama pena kita juga bisa kita jadikan tagar. Maka sering disarankan agar kita memiliki nama pena yang khas, jika bisa, satu saja cukup. Jadi ada identitas diri, personal branding yang kuat.
Semoga bermanfaat.
