***
Sementara Emily masih duduk menunggu dengan bingung dan gundah di lobi puri Vagano seorang diri. Penjaga yang tadi melapor sudah pergi lagi untuk menyusul Ocean dan Sky ke pemakaman. Ia harus memberitahukan kejadian ini!
Emily sebenarnya ingin kembali ke kamarnya dan mengunci diri lagi di sana. Tapi ia begitu takut. Ia takut akan diintip lagi oleh sesuatu atau seseorang yang waktu itu pasti telah berhasil memperoleh sesuatu. Memang bukan barang, atau bukan pencuri. Tapi mungkin citra tubuhnya.
Ia sering berimajinasi atau bermimpi entah buruk atau indah, tentang dirinya sedang bercinta. Seumur hidup belum pernah dilakukannya dengan siapapun. Ia begitu pemalu dan tak berani dengan pria. Ocean saja yang pertama kali mengecup dan memeluknya, bahkan malam itu mereka berpelukan berjam-jam tanpa berbuat apa-apa. Merasa dekat sekaligus jauh.
Mungkinkah yang datang ke kamarku waktu itu adalah sang pembunuh? Mengapa ia belum membunuhku sampai sekarang? Dan mengapa pedang terkutuk baru hilang setelah ada yang terbunuh dengan benda lain?
Berarti memang pedang itu dicuri untuk membunuh lagi. Seseorang yang lebih diincar daripada sekedar penjaga malam yang turun ke Lorong Bawah Tanah!
Rahasianya ada di Lorong Bawah Tanah!
Aku harus segera ke sana!
Emily merasa ini ide tergila dan ia sebetulnya sangat takut. Gelombang trauma berkali-kali menghantamnya bagai tsunami atau badai yang sewaktu musibah kapal pesiar telah memisahkannya untuk selamanya dari teman-teman liburannya.
Tapi saat Ocean dan Sky sedang tak ada di puri, hanya sekarang.
Bila mereka telah pulang, Emily takkan diizinkan, bahkan mungkin takkan punya kesempatan lagi.