3. Kata yang digunakan secara berlebihan, misalnya sering terjadi pada kata 'yang, dengan, dari, aku-kamu-ia'. Kata sambung dan kata pengganti orang. Sering penulis menggunakan banyak kata dalam rangka menambah jumlah kata danbmengejar target kata. Karena itu lupa memangkas kata yang kegondrongan.
"Dengan marahnya ia begini, lalu ia begitu, ia tak peduli, lalu ia pergi ke sana dan ke sini, ia bla bla bla lalu bli bli bli..."
Terlalu banyak kata tak perlu dan narasi yang bertubi-tubi dalam kalimat di atas, bukan? Jika saja bisa diberi jeda, dipecah dalam kalimat pendek dan berbeda. Pasti tak akan ada kesan kegondrongan.
Seyogyanya kita perlakukan kata-kata bagaikan batu-batu permata. Jadikan mereka perhiasan abadi dalam literatur Anda. Terakan dan terapkan di tempat yang tepat, maka ia akan berkilau dan membentuk makna yang indah. Fiksi dan non fiksi paling sederhana pun akan berkilau dalam kegelapan, bukan hanya memikat, namun penuh manfaat dan amanat.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H