Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Episode 12: Cursed Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

28 Desember 2022   15:03 Diperbarui: 28 Desember 2022   15:12 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain dokumentasi pribadi

Tentu saja Emily takkan menemukan siapa-siapa atau apa-apa, berapa lamapun ia menunggu atau berusaha melihat. Sebab seseorang atau sesuatu itu sudah begitu terlatih dan terbiasa untuk bersembunyi dalam bayang-bayang, bahkan menyatu nyaris sempurna dengannya.

Walau saat ini ia berada dalam kesakitan yang amat sangat karena baru saja terjatuh dari balkon Emily, tidak langsung ke atas tanah melainkan nyaris. Ia masih beruntung karena tertahan rimbunan daun dan dahan dari pohon-pohon besar, yang tadi ia juga gunakan untuk memanjat ke balkon. Saat terjatuh, dahan -dahan itu menahan jatuhnya sekaligus melukainya. Menggores tubuhnya yang sudah dari dulu penuh luka-luka itu.

(Point-of-view seseorang atau sesuatu tak dikenal:)

Ahhh.... Ahhh.... Ahhhh....

Aku menemukan Emily tak tak pernah menyangka semua itu dapat kulihat dan terjadi. Aku sudah menyusun rencana sebaik mungkin dan menyiapkan rute. Aku tahu semua seluk-beluk puri Vagano, jadi aku sudah tahu bagaimana cara mengintai Emily.

Bahkan aku tahu dimana ia menginap karena sudah beberapa kali aku mengikutinya secara diam-diam saat malam ia kembali ke kamar.

Namun yang kulihat malam ini adalah sesuatu yang belum pernah terjadi dalam hidupku.

Tubuh seorang wanita muda. Sangat berbeda dengan Si Tua itu. Emily yang begitu mulus dan cantik. Tak hanya wajahnya, namun juga tubuhnya yang segar dan bersih.

Terlebih dari itu, mengapa sesuatu dalam diriku bergejolak saat melihat pemandangan indah yang ia sajikan tanpa sengaja, tanpa inginku? Karena aku tak tahu apakah aku seorang atau sesuatu yang berjenis kelamin apa, mungkin pria, mungkin wanita. Tapi aku tahu pasti semua bagian tubuh Emily tak kumiliki. Yang ada padaku berlawanan. Dan setahuku, yang hanya memiliki pikiran sederhana (tapi jauh dari bodoh) yang berlawanan selalu saling menarik. Dan kurasa itulah yang terjadi padaku.

Sesuatu pada tubuhku yang biasanya hanya kugunakan untuk buang air kecil terasa menegang. Aku tak tahu mengapa. Dan aku hanya ingin memandangi Emily saja. Bahkan saat ia pindah ruangan dan menceburkan diri ke dalam campuran air dan sesuatu berbusa berwarna putih.

Tubuhku nyaris tak pernah terkena air. Hanya sesekali Si Tua mengguyurku asal saja, dan itu pun tanpa sesuatu yang putih itu. Tampaknya bisa membersihkan. Betapa ingin aku ikut menceburkan diri ke dalamnya, dan bersama-sama menikmati hangat tubuh dan memuaskan sensasi rasa aneh yang baru pertama kali kualami ini.

Tapi tidak. Aku sadar aku sama sekali tak layak untuk berbuat ini.

Hanya saja aku terlalu ceroboh hingga aku terjatuh. Tapi ini tak membuatku patah tulang, walau tubuhku tergores dan berdarah.

Kurasa aku manusia juga, karena aku bisa berdarah!

Emily keluar dan berusaha menemukanku. Tapi aku takkan berani muncul. Bisa-bisa ia akan takut padaku, karena telah mengintipnya. Dan seisi penghuni puri bisa terjaga dan aku bisa habis-habisan disiksa dan digebuki, berakhir tragis di sini malam ini.

Tidak, aku masih harus hidup, walau untuk beberapa minggu lagi.

Waktunya akan segera tiba bagiku untuk melihat matahari pertama sekaligus terakhirku. Untuk melakukan misi muliaku. Mengakhiri hidup Ocean dan Sky Vagano.

 Emily masih deg-degan, belum terburu-buru berpakaian lengkap kembali. Ia belum yakin apa yang terjadi, tapi ia tahu ada seseorang atau sesuatu yang tadi berada di sana.

Puri ini memang sunyi dan nyaman, tapi jelas sudah tak lagi aman.

Haruskah aku mengadukan kejadian malam ini kepada Ocean dan Sky? Akankan mereka segera bertindak?

Tapi di sisi lain, Emily tak ingin kedua pemuda yang tampan dan baik hati itu ikut cemas.

Aku lebih baik berdiam diri dahulu. Setidaknya bila itu terjadi lagi, barulah akan kuungkapkan. Lagipula belum ada bukti apa-apa. Jadi percuma saja, bukan?

Tapi ia mulai dicekam rasa takut lagi, siapa yang tahu apabila sewaktu-waktu sesuatu itu datang kembali ke kamarnya malam ini!

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun