Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Episode 11: Cursed Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

28 Desember 2022   09:06 Diperbarui: 28 Desember 2022   11:37 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain dokumentasi pribadi

(Point-of-view seseorang atau sesuatu tak dikenal:)

Hhhh... Hhhh... Hhhh...

Si Tua itu tak pernah mengunci pintu setelah memberiku makanan sisa alias slop yang sudah basi, sisa-sisa sarapan, makan siang maupun makan malam Ocean dan Sky yang sangat kubenci itu.

Mereka yang makan semua yang segar, hangat dan lezat, sedangkan aku? Siapa yang peduli padaku? Aku bahkan tak pernah bertemu atau menemui mereka, bahkan seperti tak pernah ada di dunia ini.

Dan pintu kamar, atau lebih tepatnya, kurunganku, kandangku ini, tak pernah dikunci. Si Tua itu mengiraku masih terikat erat dalam belenggu dan rantai besar yang berkarat ini. Padahal malam itu sudah kusentak lepas semuanya. Jadi aku bebas, bebas berkeliling puri ini, bebas membunuh siapa saja bila aku mau, kapanpun aku mau!

Si Tua itu pikir aku bodoh dan terbelakang karena aku tak pernah kenal sinar matahari, makanan lezat sehat dan bergizi. Tidak, dia salah besar! Aku bagaikan lumut di tembok kurunganku, tumbuh subur dan tebal karena terkena kotoran dan urin. Bau tak sedap yang kuhasilkan sendiri sudah bukan masalah bagiku karena sudah begitu terbiasa, seumur hidupku aku besar dan tumbuh di sini.

Setiap hari dicekoki makanan basi, diberi minum air mentah, dan ditanami bibit-bibit dendam.

'Ini Ocean, ini Sky, pada saat yang kutentukan nanti, kau akan bebas dari sini, syaratnya mudah : bunuh mereka! Bunuh Ocean dan Sky! Sebab merekalah yang menyebabkan kau berada di sini sekarang! Merekalah sumber semua penderitaanmu!'

Dan aku yang tak pernah tahu mengapa, hanya bisa menerima mentah-mentah semua kata-katanya itu.

Malam ini aku akan keluar lagi begitu keadaan sudah sunyi. Aku harus mencari wanita muda yang bernama Emily. Yang kemarin dicium oleh Ocean!

Aku harus melihatnya lagi!

 

Kembali pada Emily, malam itu ia tak dapat tidur nyenyak. Rasanya tiba-tiba aku ingin sekali mandi air hangat berendam di bath tub kamar mandi tamu yang besar, jauh lebih besar daripada bath tub di rumahku di Evermerika.

Emily pun membuka pakaian satu demi satu untuk mengenakan bath robe sebelum masuk ke kamar mandi.

Baru saja ia selesai melepaskan semuanya, tiba-tiba ia mendengar seperti ada bunyi jendela, entah terbuka atau tertutup.

"Hah? Siapa di sana?" segera ditutupnya tubuh moleknya dengan bath robe dan buru-buru menuju ke jendela kamar yang menghadap ke balkon lantai dua tempatnya menginap.

Ternyata kurang rapat. Pasti tadi hanya hembusan angin. 'Fiuhh, kukira ada Peeping Tom alias orang yang mengintip!' - Emily bergidik ngeri, karena untuk sesaat ia sempat tak mengenakan sehelai benangpun di tubuhnya. Tapi di pulau terpencil ini khususnya di puri cuma ada dua laki-laki; pemuda kembar tampan Ocean dan Sky. Mereka pun sudah kembali ke kamar masing-masing. Orang-orang lain khususnya para pekerja takkan ada yang berani macam-macam!

Emily segera pergi mandi air hangat dengan busa sabun, merendam tubuhnya yang langsing namun indah, belum pernah terjamah bagai mawar nan baru merekah.

Sementara di luar sana, tepat di sisi jendela kamar yang baru ditutup Emily, sesosok sesuatu sedang berdiri dalam lindungan bayang-bayang pohon. Karena gelap, tentu saja Emily tadi tak melihatnya.

Tapi ia sempat melihat tubuh polos gadis itu, walau hanya sesaat.

Emily! Hhhh... Hhhh... Hhhh... Hhhh...

Dan sesuatu dalam dirinya terasa bergejolak. Ia   belum pernah mengalami ini. Antara malu dan gairah. Sekali lagi ia mencoba mengintip melalui jendela kecil di sebelah jendela kamar yang memancarkan cahaya. Sosoknya yang cukup tinggi memungkinkannya untuk melihat ke dalam.

Gadis itu sedang mandi berendam di dalam bath tub, sebagian atas tubuhnya yang montok terlihat jelas. Dan lagi-lagi sosok itu merasakan gairah luar biasa.

Tapi ia jadi kurang hati-hati karenanya, sehingga tubuhnya yang terlalu condong berjinjit di balkon kehilangan keseimbangan.

AAARGH!

Dan terdengar suara 'BRUKKK...'

Emily yang masih asyik mandi terkesiap. Terburu-buru keluar dan mengenakan bath robe lagi, ia menghambur keluar dari kamar mandi dan menjenguk ke balkon.

Gemetaran, ia berusaha melihat ke sekitarnya, menatap nanar ke dalam kegelapan.

"Siapa, siapa di sana?"

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun