"Tiga, terkutuklah engkau!
Jangan pernah kau lepas dari manapun kau berada
Jangan pernah ada mentari pagi di atasmu,
Sebab kemanapun engkau pergi, bahaya besar selalu mengikuti!
Lindungi satu dan dua,
Sebab tiga bisa segera datang kapan saja
Tiga, kau sumber malapetaka
Kau awal dari kehancuran!
Jangan ada yang pernah menemukanmu!
Archduke Zeus Calamity Vagano."
"Nama dan gelar ayah kami." ucap Ocean masih dalam nada lirih. "Ia meninggal dunia dalam kesedihan karena ditinggalkan ibu yang sangat ia cintai. Tapi ada juga yang berpendapat ia mati diracun. Kami tak tahu apa-apa, masih sangat muda waktu itu. Jadi kami tak pernah mengenal kedua orangtua kami. Seumur hidup kami dirawat oleh Hannah saja. Kami hidup di sini hanya sampai usia balita, lalu bersekolah dan kuliah di kota. Kami hidup dari hasil peternakan dan perkebunan. Jadi, semua sejarah ini juga masih sangat baru bagi kami."
"Oh, aku turut prihatin. Aku juga belum begitu mengerti maksud puisi Kutukan Angka Tiga ini." ucap Emily. "Kalau ada ide akan kuberitahukan kepada kalian berdua. Tapi mungkin juga ini hanya folklore, legenda saja. Ayah kalian mungkin berusaha mencegah pencuri datang menjarah puri ini."
"A ha ha ha! Puri tua terpencil di tengah lautan Evertika yang bahkan luput dari Mbah Gugel Bumi!" Sky tertawa terbahak-bahak mencairkan ketegangan suasana.
"Betul juga! Di mana-mana selalu ada legenda termasuk puri tua ini, imajinasi yang hebat!" Ocean ikut tertawa dengan gestur yang begitu menggemaskan di mata Emily.
"Baiklah, ayo kita kembali ke ruang makan karena sebentar lagi saatnya makan siang!" ajak sang kakak kepada adik kembarnya serta tamu agung mereka yang cantik.
Emily sedikit kecewa, Ocean belum juga berkata apa-apa lagi sejak kejadian semalam. Apakah ia lupa atau segan? Tapi apa yang dapat kuharapkan? Aku hanya seorang asing di sini. Tak boleh terlalu ingin dekat dengan salah satu pemuda yang luar biasa tampan, kaya dan ningrat, karena nanti kecewa terlalu berharap.
Siang hari berlalu seperti biasa, demikian pula malam, khususnya saat makan malam selesai dihidangkan. Kali ini Emily melihat, wadah penyimpanan sisa makanan yang disisihkan Hannah hampir penuh.