Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mengapa Kita Membaca, Mengapa Kita Menulis?

26 Desember 2022   07:29 Diperbarui: 26 Desember 2022   07:40 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Barangkali ada di antara kita penulis yang sudah berpenghasilan jutaan atau bahkan belasan juta Rupiah perbulan. Pokoknya gaji manajer kalah! Cuan berlimpah dari koin hasil buka bab platform baca online.

Barangkali ada penulis yang sudah memiliki banyak penggemar di seluruh Indonesia. Ibu-ibu alias mak-mak berdaster lebar.

Akan tetapi, penulis bukan hanya masalah profesi, uang dan penggemar.

Penulis harus banyak membaca!

Sebenarnya bukan hanya membaca, nonton film dan melihat dunia juga bisa memberi inspirasi. Namun bacaan penting, mengapa? Karya literasi apapun adalah karya tulis sebelumnya dari para penulis yang sudah lebih dahulu menelurkan karya, sama seperti apa yang ingin kita telurkan.

Penulis yang sudah menelurkan karya belum tentu hebat, terkenal, kaya, best seller dan lain-lain. Penulis yang sudah menerbitkan buku belum tentu terkenal.

Bacaan yang sudah ada adalah jejak mereka sebagai pendahulu yang ingin kita ikuti, walau bukan imitasi/modifikasi apalagi plagiasi.

Bacaan yang sudah ada adalah sejarah, tak peduli fiksi atau non fiksi. Karena sejarah adalah apa yang telah terjadi atau diterakan.

Bacalah, karena sungguh aneh bin ajaib, jika kita ingin menulis dan suka menulis, namun tak suka dan tak sempat membaca!

Ibarat perenang, sungguh aneh jika tidak suka air. Ibarat koki, aneh jika tidak suka mencicip masakan.

Sebelum menulis, kita patut belajar dan mengumpulkan kata dan data terbaik. Bahkan fiksi fantasi sekalipun juga perlu sekadar riset. Mengapa? Sebab 'mentang-mentang' hanya fiksi bukan melulu berisi halusinasi, melainkan karya imajinasi yang begitu indah hingga tak hanya kata asal rangkai saja, melainkan hendaknya mengandung sekadar pesan dan makna.

Misalnya James Cameron dan rangkaian film Avatar karya besar yang disutradarainya. Walau kelihatan 'mustahil' ada makhluk darat yang bisa lama berada dalam air, ternyata ada kok suku manusia sungguhan yang senang menyelam dan mampu lama bertahan di bawah permukaan air laut, malah berada di Indonesia lho, tepatnya di Labuan Bajo. Tentunya James Cameron melakukan riset dan kebiasaan mereka dulu sebelum berkarya. Menjadi inspirasi bagi kisah fiksi suku Na'vi, tidakkah kita turut bangga dan terinspirasi?

Karena itu membacalah, buka buku dan literatur, buka jendela dunia.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun