Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Resesi Seks dan Keinginan Tetap Menggebu untuk "Ena-ena"

19 Desember 2022   08:31 Diperbarui: 19 Desember 2022   10:15 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via Boredpanda

Resesi seks 'boleh saja' melanda dunia, namun keinginan manusia untuk ena-ena tetap saja menggebu-gebu.

Keinginan untuk ena-ena itu apa? Selama manusia masih saling membutuhkan, saling menyukai satu sama lain, tentu saja pelampiasan gairah seks masih menjadi kebutuhan utama.

Hanya saja, mengapa kini terjadi resesi? Hubungan seksual ibarat sebuah taman rahasia yang indah, sakral, dijaga ketat oleh pintu gerbang terkunci sehingga layak jika hanya dibuka melalui kunci istimewa yang dinamakan pernikahan.

Sayangnya, banyak pasangan yang sekarang berusaha keras untuk tidak melalui pintu gerbang tersebut atau malah mencuri masuk dengan berbagai alasan.

Yang berpasangan namun tidak ingin juga menikah, banyak. Yang samen leven, banyak. Yang menganut paham tertentu semisal love is love, banyak. Semua itu bukan masalah moral atau dosa semata-mata.

Sebagai keinginan melampiaskan (atau melupakan keinginan) masuk ke taman rahasia tersebut (namun tidak ingin menerima konsekuensinya) maka terjadilah berbagai hal, entah baik maupun sebaliknya. 

Beberapa hal baik sebagai contoh, manusia berusaha mengontrol tingkat kelahiran melalui berbagai metode dan cara. Program KB (Keluarga Berencana) ditingkatkan. Berbagai upaya dan himbauan terus dilakukan agar jumlah penduduk tetap bertambah atau tetap, namun tidak sampai meledak. Di beberapa negara mampu, pemerintah memberikan tunjangan dan insentif agar para pasangan mau menikah, agar keluarga-keluarga muda mau memiliki anak.

Beberapa hal yang tidak baik, semakin tertekannya manusia secara sosial (tuntutan usia dan keluarga untuk segera menikah, wajib memiliki harta/modal sebagai syarat pernikahan, dan lain-lain). Sayangnya hal-hal semacam ini mengakibatkan beberapa hal lainnya, misalnya semakin tingginya keinginan untuk sorangan wae alias 'lebih baik jadi bujangan, kemana-mana tak ada yang melarang' seperti kata sebuah lagu lama.

Biaya hidup semakin tinggi, biaya sekolah tinggi, jadi malas berpasangan, enggan berkeluarga apalagi punya anak karena tantangan hidup semakin lama takkan jadi semakin mudah.

Yang lebih buruk lagi, terjadi pelampiasan keinginan seksual dengan berbagai cara yang malah merugikan manusia lain. Pelecehan, begal atau main pegang organ vital lalu melarikan diri, eksibionisme atau pamer organ seksual, serta masih banyak lagi. 

Mirisnya, kini bukan hanya dilakukan lawan jenis semisal pria terhadap wanita. Bahkan menimpa sesama gender dan lintas generasi, rentan terjadi hal-hal negatif ini. 

Ini juga terjadi akibat pengaruh media hiburan, hal-hal yang sebenarnya hanya bersifat fiksi seperti komik, animasi, kartun dan film. Akibat derasnya pengaruh media sosial, hiburan berbau ena-ena tersebut turut mempengaruhi cara pikir dan cara pandang manusia.

Bagaimana agar resesi seks dan aneka akibat negatifnya tidak terjadi? Penulis percaya, semua dimulai dari diri sendiri dan dari rumah.

1. Orang tua harus dapat bekerjasama lebih membentengi anak-anak dengan iman, pengetahuan dan pengalaman. Jadikan diri kita dan keluarga sebagai contoh nyata. Pelihara kasih sayang dalam keluarga, jangan hanya bicara saja.

2. Minimalkan pengaruh negatif dari media hiburan dengan menyaring apa yang anak-anak terima dari luar. Tidak harus 100 persen melarang, namun ketatlah pilah dan pilih apa saja yang bisa dilakukan dan diakses anak-anak.

3. Karena seks adalah hak asasi setiap manusia, hendaknya setiap kita memperlakukan pasangan, sesama, serta bisa belajar menikmati-nya dengan penuh kasih, secara baik dan bijaksana. Bukan berarti ini-itu tabu atau tak boleh, akan tetapi hendaknya kita ingat bahwa seks bukan hanya mengenai dominasi ego dan pemuasan keinginan batin/fisik seseorang semata-mata.

Semoga opini ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan renungan bagi kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun