Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Ala 'Mainstream' Belum Tentu 'Nomor Satu', Kok Bisa?

19 Desember 2022   05:25 Diperbarui: 19 Desember 2022   07:23 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via 99 Great Designs

Mainstream, tak perlu panjang-lebar dijelaskan, merujuk pada apa yang sudah umum atau sering disajikan dan disukai publik.

Dalam hal ini, kisah (bacaan) fiksi atau literatur mainstream. Apa saja? Saking banyak atau seringnya, anak kecil saja sudah tahu.

Contohnya, kisah ala-ala yang seperti sudah banyak tayang di televisi pada malam hari, kisah-kisah nyata (atau nyata-nyataan), yang jingle-nya terngiang di telinga sampai hafal di luar kepala, dan isi ceritanya sudah begitu kita bisa tebak, jika si antagonis tidak mati, ya menyesal, atau dapat azab.

Baca juga: Beberapa

Contoh temanya? Keluarga (tidak bahagia), (glorifikasi) kekerasan, pemimpin perusahaan atau orang kaya serba sempurna tanpa cacat cela, dan lain sebagainya.

Mainstream bisa jadi 'lebih dicari' pembaca, juga 'laris manis' ditulis  karena:

1. Banyak kita sebagai pembaca senang menyaksikan manusia lain (yang jahat) menderita.

2. Kita sebenarnya bosan (banget) namun karena tak ada alternatif lain, terpaksa membaca apa yang ada di beranda.

3. Kita suka mengiyakan 'benar juga ya!' karena membaca label kisah nyata maupun memperbandingkan dengan pengalaman siapapun yang kita kenal (padahal sebenarnya kisah nyata yang dituliskan itu sudah dimodifikasi alias ditambahkan ini-itu yang ajaib bin tidak masuk akal sebagai bumbu.)

Sudah saatnya bagi penulis fiksi untuk berani keluar dari arus mainstream. Sudah waktunya untuk pembaca coba lirik yang anti mainstream. Mengapa?

1.  Mainstream sudah sangat banyak, hingga berulang, disajikan dalam kuantitas besar, mirip-mirip dan lama kelamaan akan menjadi jenuh.

2. Mainstream pada dasarnya memiliki makna dan unsur edukasi sangat sedikit.

3.  Anti mainstream seringkali tidak atau kurang dilirik namun bisa jadi punya kejutan segar di  dalamnya.

4. Anti mainstream adalah upaya luar biasa membebaskan diri dari kejenuhan.

5. Anti mainstream seringkali tersembunyi, hanya ditujukan untuk penulis dan pembaca yang cerdas, bijaksana, berani berkembang serta tentu saja tidak selalu mau-maunya ikut arus.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun