Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Cinta Monyet Zaman SD

20 November 2022   16:26 Diperbarui: 20 November 2022   17:16 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via Freepik

Medio awal 1990-an.

"Namanya sebut saja Emha. Di usia baru 10 tahun, dia tinggi, cakep, tampan seperti pemuda Jepang, mungkin mirip Tetsuo Kurata (si aktor Ksatria Baja Hitam) sewaktu masih muda. Aku dan Emha tadinya kenal dan berteman biasa karena kedua ibu kami bersahabat. Namun gara-gara kami sering pergi ke mal bermobil bersama ibu-ibu lainnya, jadi tambah akrab. Apalagi aku satu-satunya anak perempuan di geng dadakan itu.

Lama-lama aku dan Emha jadi akrab gara-gara kami sering semobil pulang pergi. Juga karena rumah kami cuma beda blok, kami sering ketemuan dan main bareng. Bukan main gawai karena zaman itu belum ada ponsel, melainkan main sepeda, skate board atau sepatu roda.

Gara-gara main sepeda bareng itu, aku jadi tambah suka jika ada Emha di antara teman-teman laki-lakinya yang lain. Apalagi dia ramah dan manis sekali. 

Namun gara-gara aku mulai merasa suka dia, aku malah jadi menjauh. Rasanya takut ketahuan dan nanti malah hubungan ini jadi runyam. Malu.

Sejak tahu jika anak seumur kami tentu saja belum boleh pacaran, aku mulai menjaga jarak dengan Emha. Aku berusaha melupakannya, apalagi semenjak kami SMP dan tidak pernah bertemu lagi karena kumpul-kumpul ibu-ibu mulai jarang gara-gara kesibukan masing-masing.

Untunglah aku tidak lama larut dengan cinta monyet bersama Emha, sebab setelah ia SMP, penampilannya sudah jauh berubah. Ia tidak setampan dulu lagi, bahkan tidak lagi menarik di mataku. Konon ia malah punya banyak gebetan cewek muda yang selevel. Yah, wajar saja, karena Emha anak orang kaya, pengusaha produk garmen ternama negeri ini. Selain karena aku merasa tak secantik gebetan-gebetannya, juga karena aku merasa memang kami sebenarnya tak berjodoh.

Sekarang mungkin kami sudah tidak saling mengenal lagi alias lost contact. Kudengar berita dari kerabat, ia sudah berkeluarga dan demikian pula diriku.

Aku bersyukur dengan pasangan dan anak-anak yang dikaruniakan kepadaku. Bagaimana jika aku diberikan pilihan untuk ke masa lalu dan bisa betulan bersama Emha?

No way. Thanks, but no, thanks."

Hanya sebuah kisah nyata lama yang memiliki amanat bahwa cinta monyet memang memorable alias susah dilupakan, namun bukan segala-galanya dan barangkali tidak juga identik dengan cinta sejati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun