Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bohong Putih: Yes or No?

14 November 2022   11:30 Diperbarui: 14 November 2022   11:40 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bohong putih alias white lie seakan-akan adalah lawan dari bohong hitam alias true lie. Bohong putih seakan-akan tidak dianggap sebagai perbuatan salah atau dosa karena berbagai alasan. Misalnya demi menjaga perasaan seseorang, karena tidak tega untuk jujur, karena (dia) masih anak kecil jadi tidak boleh diberi tahu hal yang sesungguhnya, dan lain-lain.

Di balik semua alasan tersebut, sesungguhnya bohong putih tidak juga bisa disebut 'benar' alias 'boleh dilakukan'. Mengapa?

1. Bohong putih adalah usaha menutup-nutupi kebenaran dengan cara 'membalut fakta' secara rapi. Yang namanya 'membalut fakta' selamanya akan tetap disebut menutup-nutupi, tak peduli seberapa apik dan ciamik. Jika suatu saat yang dibohongi tahu, mungkin akan kecewa karena tidak dipercaya untuk tahu.

2. Bohong putih tak bisa dilakukan kepada semua orang. Mungkin anak-anak kecil/berusia sangat muda masih bisa dibohongi 'dengan maksud baik', akan tetapi anak-anak yang lebih besar (remaja) mungkin takkan suka jika orang tua/orang dewasa menyembunyikan fakta sekecil apapun darinya.

3. Namanya bohong ya tetap bohong, label 'putih' takkan menjadikan derajatnya jadi lebih baik.

Jadi, bagaimana cara agar kita tak perlu berbohong?

1. Katakan fakta dengan kata-kata yang lebih sederhana dan tidak terlalu mengejutkan atau malah jadi menyeramkan.

2. Hindari pembicaraan dengan topik yang belum bisa dibagikan atau diajarkan kepada anak-anak kecil.

3. Usahakan agar kejujuran selalu dijunjung tinggi dalam keluarga, misalnya jika ada anak yang bersalah memecahkan gelas, daripada disembunyikan, lebih baik dididik agar mengaku, jangan langsung dihukum.

4. Tidak menutup-nutupi hal menyedihkan dengan hal lain, misalnya hanya demi menghibur saja. Bagaimanapun kelak akan ketahuan. Misalnya jika hewan peliharaan kucing keluarga sakit lalu mati, daripada berkata, "Si Pus sedang dibawa ke dokter." kepada anak-anak, kita bisa dengan lembut mengatakan, "Si Pus sudah berada di tempat yang jauh lebih baik, di mana ia sudah tidak merasa sakit lagi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun